Dunia sedang dihebohkan oleh asteroid berbentuk wajah tengkorang. Asteroid berbentuk wajah tengkorak ini dijuluki 'Asteroid Halloween' akan menghantui Bumi lagi tahun 2018. Asteroid yang diberi nama 2015 TB145 pertama kali dilalui 300.000 mil dari Bumi pada 31 Oktober 2015.
Asteroid ini diperkirakan akan kembali melintasi bumi pada November 2018. Sayangnya, jaraknya lebih jauh dari saat benda ini melintas pada 2015 lalu.
Pablo Santos-Sanz, seorang astrofisikawan dari Institut Astrofisika Andalusia di Spanyol, mengatakan dalam sebuah pernyataan awal minggu ini, Senin (25/12/2017).
"Ini berarti bumi akan sangat gelap, namun hanya sedikit lebih reflektif daripada arang," turunya
Menurut Santoz, para astronom masih menantikan tampilan kedua pada batuan berbentuk tengkorak, karena benda ini jangkauan lintasannya sangat unik dan menarik untuk dipelajari.
"Meskipun tahun 2018 tidak akan begitu menguntungkan, namun kita akan dapat memperoleh data baru yang dapat membantu meningkatkan pengetahuan kita, saat benda itu mendekati planet kita," jelas Santos seperti dilansir dari The Sun.
Pada 2015, asteroid spooky berada di jarak yang relatif dekat dengan bumi, yaitu 486.000 kilometer saja atau sekitar 1,3 kali jarak ke bulan. Asteroid aneh ini pertama kali ditemukan oleh para astronom pada 10 Oktober 2015 dengan teleskop Pan-STARRS di Hawaii. Asteroid spooky ini datang pada malam Haloween.
NASA pun menangkap gambar asteroid ini menggunakan Teleskop Radio Green Bank di West Virginia dan Radio Arecibo di Puerto Rico. Dalam pengamatan keduanya, asteroid ini kadang-kadang terlihat menyerupai tengkorak manusia karena kondisi pencahayaan pada momen tertentu.
Para ilmuwan Eropa, termasuk Pablo Santos-Sanz dari Institute of Astrophysics of Andalusia (IAA-CSIC), mengorganisir pengamatan terhadap asteroid ini. Hasilnya, karakteristik asteroid spooky dipublikasikan dalam jurnal Astronomy & Astrophysics.
"Ini adalah asteroid tipe Apollo yang deket dengan bumi (NEA)," ungkap Santos-Sanz dikutip dari Phys.org.
"Kedekatan obyek kecil ini berarti kecerahan yang lebih tinggi, jadi kami memutuskan untuk mempelajarinya dengan berbagai teknik pengamatan: di satu sisi, menggunakan teleskop optik dari beberapa observatorium di Spanyol. Di sisi lain, kami menganalisisnya melalui inframerah pertengahan menggunakan VISIR Very Large Telescope (VLT) di European Southern Observatory (ESO) di Cerro Paranal, Chile," sambungnya.