Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menanggapi komentar Ketua Umum Persaudaraan Alumni (PA) 212 Slamet Ma'arif yang sempat menyinggung partainya. Ia mengatakan rakyatlah yang berhak menilai. Selain itu, ia meminta wajah politik sejatinya untuk membangun peradaban bukan wajah politik bermusuhan.
Tudingan dari Slamet adalah dirinya menyebutkan bahwa ada satu partai yang menurutnya menjadi target utama PA 212 untuk ditinggalkan karena bagi kami partai tersebut biang kerok dari persoalan di bangsa dan negara saat ini. Namun Slamet enggan membeberkan partai yang dimaksudnya. Ia hanya memberikan clue bahwa partai tersebut merupakan salah satu partai penguasa di negeri ini dan berwarna merah.
"Tugas setiap warga negara yakni menghargai suara rakyat dan biarkan rakyat yang menjadi hakim terbaik dan memilih atas dasar kinerja dan track record untuk bangsa dan negara, karena bangsa dibangun susah payah dimana 28 oktober 1928 kita sudah membangun komitmen sebagai satu bangsa, sehingga komitmen itulah yang harusnya dijaga," tutur Hasto di Tugu Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (28/1/2018).
Menurutnya, rakyatlah yang akan memahami siapa yang benar-benar berdedikasi untuk rakyat dan negara. Serta siapa yang bertujuan untuk memecah belah bangsa. Rakyat pun sudah memahami hal-hal yang baik maupun buruk. Hasto juga tak khawatir bila Slamet Maarif punya strategi ihwal Pilkada Serentak 2018 di 171 daerah pada bulan Juni mendatang. Karena yang menentukan pemilu itu rakyat, bukan tokoh, sehingga hal-hal yang menganjurkan dengan cara-cara yang kurang pas maka rakyat akan menilai.
Jadi, Hasto serahkan pada rakyat apakah rakyat benar-benar memilih atas kinerja atau atas pertimbangan yang lain. Sekali lagi, PDIP menyerahkan sepenuhnya pada penilaian rakyat.