Becermin dari mantan Menteri Pendidikan Anies Baswedan yang memenangkan Pilgub DKI Jakarta, diusung Partai Gerindra dan PKS. Kini mantan menteri energi dan sumber daya mineral (ESDM) Sudirman Said, yang sama-sama mantan anak buah Presiden Joko Widodo itu mengikuti pertarungan kepala daerah (Gubernur). Dengan nasib sama seperti Anies. Sudirman diusung Partai Gerindra dan PKS.
Tawaran tersebut bagi dirinya adalah suatu mandate yang harus dijalani. Walaupun ia harus bertarung dengan calon incumbent sekaligus Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.
Kesempatannya untuk masuk dalam politik praktis tak mau dibuang begitu saja. Dengan segudang pengalaman yang pernah diembannya, seperti menjabat direktur utama di perusahaan BUMN, mantan menteri hingga membantu Anies-Sandiaga sebagai tim sinkronisasi di Pilgub DKI. Hal itu yang menjadikan dirinya perlahan paham untuk terjun ke politik praktis.
Pria kelahiran Brebes, Jawa Tengah, ini mendapat banyak dorongan dan pandangan dari banyak pihak yang memintanya maju. Kemiskinan dan kesejahteraan menjadi dua hal yang paling ia sorot. Khususnya di wilayah Jawa Tengah.
Padahal menurutnya, Jawa adalah pulau paling maju, paling subur jadi kemiskinan adalah hal yang bisa kita atasi dengan cepat.
Dalam mempersiapkan pilgub mendatang, ada beberapa hal yang telah Sudirman rencanakan untuk membangun Jawa Tengah, di antaranya:
Menghapus kemiskinan
“Sederhana, Jawa Tengah itukan Jawa, ada di tengah pulau paling maju tapi untuk ukuran angka kesehatannya menunjukkan mundur. Itu berdampak pada isu kemiskinan yang diakui Ganjar dalam hal kemiskinan dia gagal,” jelasnya.
Menurut data, Jawa Tengah itu menyimpan 50 persen dari seluruh penduduk miskin dari 28 juta jiwa.
Ia menuturkan, kebetulan kampungnya di Brebes juga penerima beras raskin terbesar secara nasional. Agak menyedihkan karena itu adanya di Jawa. Nah semua ini bisa diatasi dengan cepat karena di Jawa Tengah menjadi kawasan elit nasional karena sekolah elit militer pertama di Jateng, sekolah pamong praja pertama. Dari sisi potensi alam juga luar biasa, ada 16 atau 17 kota yang mengakses ke jalur pantai, jadi tidak ada alasan untuk kita ketinggalan.
Kemudian ia juga sempat menyinggung IPM yang kemudian menyangkutkan profesi gubernur itu bukan bos, tapi panjang tangan presiden.
“Tadi saya menyebut IPM yang di bawah rata-rata nasional, kalau kita bandingkan dengan Jabar dan Jatim, APBD-nya meningkat dalam 5 tahun terakhir. Nah kita ini masuk yang landai, jadi tidak ada lompatan yang signifikan. Rasanya kalau dipimpin dengan baik dan pendekatan manajerial yang terkonsep, masalah itu bisa kita hadapi. Apa yang berbeda? Saya percaya gubernur itu bukan bos tapi panjang tangan presiden, pemainnya adalah para bupati dan wali kota yang dipilih langsung rakyat,” imbuhnya.
Tampil sebagai fasiltator
Gubernur menjadi satu pimpinan untuk melakukan keseragaman di seluruh provinsi. Caranya bukan jadi bos tapi jadi pendengar, fasilitator, bertanya apa yang dibutuhkan kabupaten itu karena secara otonomi daerah. Serta memahami sebaik mungkin keinginan para bupati dan kepala daerah sebagai penghubung dari pemda ke pemerintah pusat.
Mencari akses
“Yang mungkin bisa jadi tugas adalah bagaimana cara mencari akses, karena saya pernah di kabinet, dan kita punya jejaring sehingga bisa mencari agar investasi bisa masuk karena kita pernah menjadi produksi paling atraktif nomor dua dari segi investasi. Tapi memang secara kenyataan tidak banyak investasi besar yang masuk, itu yang mesti diperhatikan, “ tuturnya.
Hingga saat ini segala proses telah ditempuh oleh Sudirman Said, mulai dari tahap pendaftaran, tahap verifikasi, dan hampir semuanya tidak ada masalah
Tanggal 12 Februari mendatang akan ada pengumuman penetapan calon dan selanjutnya pengundian nomor. Dan saat ini pihaknya sedang menunggu hasil verifikasi.
Membangun Komunikasi
Sudirman tengah membangun komunikasi dengan jaringan baik dari partai politik, atau yang lainnya. Ia percaya bahwa proses seperti ini harus ditempuh. Tak sedikit pula ia bertemu dengan orang-orang, mulai dari akademisi, pemilik pesantren dan pengusaha. Mereka mengatakan cukup lama di Jawa Tengah tidak memperoleh pemimpin yang punya leadership. Jadi mereka bilang ke Sudirman Said, siapa tahu ini waktunya.