Lagi-lagi, Calon Wakil Gubernur Jawa Timur, Puti Guntur Soekarno, meneteskan air mata saat menyampaikan orasi politiknya. Kali ini, istri Joy Kameron ini berorasi di hadapan ratusan Soekarnois dan Nasionalis Malang.
Puti menangis lantaran mengenang orang tuanya, Guntur Soekarno Putra, yang merupakan anak pertama dari lima bersaudara, pasangan Soekarno dan istri Fatmawati. Guntur, dikatakannya, begitu besar jasanya harus melindungi keluarga orang tuanya. Seperti ketika Soekarno dipenjara dan diasingkan di pulau terpencil, begitu banyak stigma negatif menimpa keluarga Soekarno.
Cucu dari Presiden Pertama RI ini juga menjelaskan saat kondisi kakeknya lengser dari Presiden RI, sang ayah, Guntur, harus banyak berjuang untuk melindungi terpaan stigma dan diskriminasi. Hal itu bermula saat kemunculan era orde baru yang mengalami perubahan yang sangat drastis terhadap nasib para Soekarnois dan Nasionalis di Indonesia.
Waktu itu, dara kelahiran 26 Juni 1971 ini memang masih kecil dan belum tahu apa-apa. Namun, banyak cerita yang diterimanya dari orang-orang yang cinta kepada Soekarno.
Sambil meneteskan air mata, ia mengungkapkan, begitu besar beban tanggung jawab yang diemban Guntur Soekarno saat itu. Guntur sebagai putra pertama Soekarno harus menjaga tekanan dan terpaan stigma negatif pemerintah.
Seharusnya, Bung Karno sebagai mantan presiden banyak menerima fasilitas yang menjadi haknya. Namun, justru tidak mendapatkan apapun. Meski demikian, keluarga besar Bung Karno tetap menjalani hidup dengan ikhlas.
Terlebih Ibu Fatmawati, Puti menilai, dalam jiwa neneknya terdapat jiwa cinta pada tanah air. Mengingat apa yang pernah dikatakan Bung Karno pada keluarganya, bahwa setiap keluarga besar Bung Karno memiliki satu kesadaran revolusioner berupa rasa nasionalisme, kesadaran, dan dedikasi.
Diceritakan Puti, semasa hidupnya Soekarno pernah dikatakan sebagai pengkhianat bangsa. Ia sangatlah tidak percaya, dalam benaknya ia mengatakan, “benarkah kakek saya Bung Karno itu seperti ini (pengkhianat bangsa).”
Air mata pun kembali diusapnya, seraya mengatakan begitu kejamnya rezim saat itu, dan ia tak bisa membayangkan betapa menyedihkan nasib para keluarga saat itu.
Sementara itu, dibalik Puti yang sedang berorasi, Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjend) Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Achmad Basarah turut meneteskan air mata saat berpidato di depan para Soekarnois.
"Saya mengawal figur, yang ada nama 'Soekarno' di belakangnya. Ini bukan sekadar tugas bagi saya, namun juga kehormatan. Terlebih untuk menjaga tahta, trah Bung Karno. Karena itu kita harus menangkan Mbak Puti yang merupakan trah dari Soekarno," tutur Basarah.
Seperti diungkapkan Puti sebelumnya, jiwanya berpidato itu secara alami muncul dari lubuk hatinya yang paling dalam, tanpa dibuat-buat dan tanpa berlatih terlebih dahulu. Pengetahuannya tentang zaman kepemimpinan Soekarno sangat luas lantaran sudah sangat banyak buku-buku Bung Karno yang ia baca sebelumnya.
Kini, ia bercita-cita meneruskan kiprah kakeknya dalam dunia politik, untuk memajukan bangsa dan negara Indonesia.