Kondisi trotoar dan jalanan di sekitar Pasar dan Stasiun Tanah Abang makin dipenuhi oleh konsumen dan masyarakat yang melewati kawasan tersebut selama bulan Ramadan ini. Kebanyakan dari mereka di antaranya pedagang kaki lima (PKL) dan penumpang,. Bahkan bisa jadi kondisi trotoar dan jalanannya mengalami kemacetan yang cukup parah.
Hal itu sebenarnya sudah terjadi sejak jelang bulan Ramadan. Mengetahui hal itu pun, Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno mengibaratkan Tanah Abang ibarat semut, dan PKL adalah gula.
"Saya bilang ini luar biasa. Makin hari, makin banyak pedagang karena Tanah Abang itu kayak gula, jadi semutnya makin banyak," ucap Sandiaga, Jumat (27/4/2018) silam.
Namun, Ketua Fraksi PDI Perjuangan, DPRD DKI Gembong Warsono menanggapi perkataan Sandiaga bahwa peribahasa ada gula ada semut tidak tepat dikaitkan dengan kondisi Tanah Abang. Gembong malah bersikap tegas mengenai kerapian dalam penataan lingkungan Pasar Tanah Abang.
"Bulan suci Ramadan jangan jadi alasan penyebab kesemrawutan Tanah Abang," tukas Gembong, dilansir dari Merdeka, Minggu (3/6/2018).
Gembong secara terang-terangan mengkritik kondisi Tanah Abang tersebut bukan karena lonjakan pembeli saat bulan puasa, melainkan penataan pedagang dan lalu lintas yang tidak tepat.
"Ini kan persoalan penataan. Ketika tidak ditata maka akan makin liar secara otomatis. Jangan bulan puasa jadi alasan ada gula ada semut," jelasnya.
Kritikan pedas dari Gembong tersebut menandakan bahwa Gubernur Jakarta diharapkan lebih cerdas lagi dalam menata kompleks pasar Tanah Abang. Supaya tak berdampak kepada aktivitas warga lainnya.