"Dinamika riak dan getaran ganti presiden sudah sangat meluas dan mendalam. Banyak masyarakat dari berbagai kalangan yang bangga pakai kaus #2019GantiPresiden. Di daerah-daerah rakyat kecil sukarela dan rebutan beli kaus ganti presiden," tegas Ketua DPP Partai Gerindra, Sodik Mudjahid, Minggu (27/5/2018).
Melalui perkataannya, sudah dapat kita lihat dengan jelas, jika Sodik setuju dengan adanya gerakan ganti presiden. Sebab ia menilai, gerakan itu sangat menggelora di benak masyarakat.
Ia juga masih kurang mempercayai hasil survei yang dilakukan Y-publica menunjukkan 67,3 persen masyarakat Indonesia tidak ingin mengganti Presiden Joko Widodo di Pilpres 2019. Sodik malah mengatakan sekarang ini banyak lembaga survei yang tak transparan dalam melakukan survei. Sehingga ia mengimbau untuk survei ulang mengenai keinginan masyarakat untuk ganti presiden di 2019.
"Sekarang sulit percaya kepada hasil satu lembaga survei mereka hanya menjelaskan hal umum tanpa transparan detail metodologi apalagi sumber dana. Harus ada survei lagi tentang hal tersebut," pintanya.
Sekadar informasi, survei nasional Y-Publica merilis hasil survei dengan tagline gerakan 2019 ganti presiden. Hasilnya adalah 67,3 persen masyarakat tidak menginginkan Joko Widodo diganti, dan 29 persen tak setuju. Adapun responden yang ikut memilih sejumlah 1.200 responden yang diambil secara multistage random sampling. Margin of error 2,98 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Survei ini tergolong masih fresh, karena baru dilaksanakan pada 2-12 Mei 2018 melalui wawancara tatap muka.
Namun, Direktur Eksekutif Y-Publica, Rudi Hartono mengklaim bahwa gerakan tersebut tidak berpengaruh secara signifikan terhadap politik Indonesia, karena responden yang mengetahui gerakan itu menganggap sebagai gerakan di media sosial saja yang memiliki persentase 36,4 persen.