Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita mengaku saat ini Indonesia terus mengikuti perkembangan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Tak hanya memantau saja, Indonesia juga ingin memanfaatkan peluang bisnis dari perang dagang kedua negara tersebut.
Enggar mengatakan bahwa kebijakan menyangkut perang dagang bisa saja berubah setiap saat. Dalam situasi inilah Indonesia akan berhati-hati, namun bukan berarti diam. Ia memastikan, Indonesia akan memanfaatkan peluang untuk mengisi kekosongan itu. Misalnya, Enggar memberikan contoh jika ada pengenaan bea masuk yang tinggi di antara kedua negara itu, Indonesia akan coba masuk.
Terkait dengan hal tersebut, Enggar sudah menjalin komunikasi dengan Pemerintah Tiongkok guna melakukan kerja sama perdagangan bilateral, sehingga ekspor bisa meningkat.
Melihat Indonesia memiliki SDA maupun produk yang cukup banyak, kemungkinan bisa ditawarkan kepada Tiongkok untuk berbisnis dagang. Apalagi Tiongkok sudah mengaku berminat dengan produk dari Indonesia, dalam beberapa pertemuan bilateralnya dengan Indonesia.
"Ada banyak sekali produk. Kan kita sekarang sudah mendapatkan tambahan kuota pertemuan bapak presiden dengan PM Tiongkok itu, penambahan kuota minimum 500 ribu ton untuk CPO kita. Kemudian juga kita lihat dengan tekstil, garmen. Waktu pertemuan dengan duta besar beberapa waktu sesudah PM ketemu presiden, menindaklanjuti permintaan mereka yang impor jeruk, kita sudah dapat 500.000 ton. Sarang burung walet kita diberikan lebih dibuka lagi, manggis, pisang, salak, saya lagi usahakan nanas supaya bisa," jelas Enggar, di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Jumat (22/6/2018).