Lampuhijau.com - Nama besar bos MNC Group, Hary Tanoe Soedibjo mulai terdengar saat dirinya terjun di dunia politik sejak tahun 2011 lewat Partai Nasdem berdampingan dengan Surya Paloh. Namun kedua bos televisi swasta ini akhirnya pecah hubungan saat Hary memutuskan untuk mundur dari Partai Nasdem pada tahun 2013.
Belum lama mundur dari Nasdem, Hary memutuskan bergabung dengan Hanura dan mempersiapkan diri di Pilpres 2014 dengan Wiranto sebagai Capres dan Hary tanoe sebagai cawapres. Slogan WIN-HT sempat muncul di media bahkan baligo dan spanduk sudah betebaran dimana-mana.
Namun sayangnya, kedua pasangan ini akhirnya memutuskan untuk bubar karena Wiranto sebagai pimpinan Partai Hanura akhirnya lebih mendukung Kader PDI Perjuangan Jokowi menjadi Calon Presiden di pilpres 2014 berpasangan dengan Jusuf Kalla. Hary Tanoe sendiri akhirnya menyeberang dan mendukung pasangan Prabowo Subianto yang maju di Pilpres 2014 dengan Hatta Rajasa sebagai calon wakil presiden.
Kekalahan Prabowo di pilpres 2014 tak membuat Hary Tanoe meninggakan Prabowo dan Partai Gerindranya. Hary yang sudah mendirikan ormas Perindo ( Persatuan Indonesia Raya ) pada tahun 2013, kemudian menjadikan Perindo sebagai partai politik pada tahun 2015 tepatnya Tanggal 7 Februari 2015. Partai Perindo inilah yang diharapkan bos MNC Group ini yang akan menjadi perahunya untuk bertarung di pilpres 2019 mendatang.
Sayangnya Partai besutan Hary belum bisa mengusung dirinya sebagai calon presiden, alasannya karena Perindo merupakan partai baru peserta pemilu dan belum mendapatkan suara di pemilu 2014 yang lalu sementara persyaratan untuk mengusung Calon Presiden di Pilpres 2019 harus memenuhi 20 persen suara di pemilu 2014.
Perindo masih mendukung Prabowo sebagai calon presiden di pilpres 2019, namun kasus yang menimpa bos MNC ini membuat partai Perindo akhirnya berbalik arah mendukung Jokowi yang sudah diputuskan pada Rapimnas Perindo tanggal 21 Maret 2018 yang lalu di Jakarta. Kasus sms Hary tanoe dengan jaksa muda Pidana Khusus, Yulianto yang mengancam akan menjerat Hary ke dalam hukum menjadikan bos MNC ini harus "cari aman" berbalik arah mendukung pemerintahan Jokowi.
Hary Tanoe Soedibjo memang memiliki segalanya, bekal media yang dimilikinya mampu membuat nama Partai Perindo menjadi semakin dikenal masyarakat, namun ambisi Hary Tanoe untuk menjadi penguasa negeri ini keliatannya masih sangat berat. Untuk menjadi calon wakil presiden mendampingi Jokowi, Hary harus bersaing dengan nama besar Ketua partai lainnya yang mendukung koalisi Jokowi seperti Muhaimin Iskandar dari PKB, Airlangga Hartanto Ketua Umum Golkar dan sederet nama besar lainnya.
Akankah arah politik Hary tanoe akan berubah lagi seperti pada Pilpres 2014 yang sudah digadang-gadang berpasangan dengan Wiranto tapi pada akhirnya mendukung pasangan Prabowo-Hatta ? kita lihat saja nanti.