Lima belas orang siswa Pramuka asal Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur, dikabarkan hilang di hutan belantara antara Samarinda dan Kutai Kartanegara, saat mereka tengah melakukan pendakian lintas alam dari Pramuka se-Kalimantan Timur.
Acara tersebut dilaksakan sejak hari Minggu (29/4/2018) kemarin. Yang diikuti oleh 300 orang peserta. Daerah yang digunakan sebagai tempat pendakian berjarak sekitar 10-11 kilometer dari pusat kota Samarinda. Peserta pramuka harus berjalan kaki sekitar 20 kilometer, dengan melintasi 5 pos yang telah ditentukan oleh panitia.
Adapun jalur yang mereka lewati, meliputi perbatasan hutan Samarinda Utara dan teluk dalam, di Kutai Kartanegara
Mereka diduga tersesat melewati jalur lain. Bahkan sejumlah regu peserta yang terdiri dari 59 regu dengan 5 orang per regu pun juga dilaporkan sempat tersesat. Namun, 3 regu yang terdiri dari 15 peserta belum ditemukan sejak malam tadi. Karena tak ada ponsel yang mereka bawa untuk dapat dihubungi.
Setelah menerima laporan dari panitia lintas alam, sekitar 150 personel SAR gabungan beserta tim SAR darat Brimob Polda Kalimantan Timur dikerahkan untuk melakukan pencarian ke-15 siswa yang hilang tersebut.
Pencarian tersebut dilakukan sejak dini hari tadi (30/4/2018), dengan menggunakan mobil offroad, motor trail untuk menyusuri hutan Samarinda dan Kutai Kartanegara. Tiga mobil ambulan juga telah disiagakan di lokasi tersebut.
Ke-15 siswa pramuka tersebut, dikutip dari data Merdeka terdiri dari 10 orang asal kabupaten PPU, sementara yang lainnya berasal dari Samarinda. Dan 10 orang di antaranya adalah perempuan.
Menurut laporan sementara dari Kapolsekta Sungai Pinang, Kompol Ervin Suryatna, hilangnya peserta pramuka diduga keluar dari trek yang teah ditentukan, pada saat melakukan perjalanan dari pos 2 ke pos 3 tersesat. Keberadaan mereka sudah dicek di pos lain namun tidak ada.
Sampai saat ini, belum ada kabar dari tim SAR gabungan terkait kondisi siswa pramuka yang hilang itu.
Sebaiknya, para panitia lintas alam mempersipkan segala sesuatunya hingga matang sebelum dilaksanakannya acara lintas alam tersebut. Karena acara yang seperti ini bukan main-main, keselamatan dan nyawa siswa dan para panitia adalah taruhannya. Sehingga diperlukan pengawasan yang ketat selama proses pendakian di alam terbuka itu.