LampuHijau – Keributan yang melibatkan dua kelompok mahasiswa dari fakultas perikanan dan fakultas teknik, Universitas Borneo Tarakan (UBT) Sabtu (28/10) lalu di lapangan futsal Pemkot Tarakan, diserahkan sepenuhnya ke kepolisian. Sebab, insiden itu terjadi di luar kegiatan kampus.
Berdasarkan pantauan Radar Tarakan, pasca insiden itu terjadi kepolisian masih siaga agar kejadian tidak terulang, dengan menurunkan beberapa personel untuk berjaga-jaga di lingkungan kampus UBT.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan UBT, Dr. M Djaya Bakri mengatakan, kejadian tersebut tidak di lingkungan kampus dan juga mahasiswanya yang mengikuti pertandingan tidak mengatasnamakan dari kampus. “Itu murni inisiatif dari mahasiswa, bukan diutus dari kampus,” tegasnya, kemarin (30/10).
Berbeda halnya ketika insiden ini terjadi saat pelaksanaan kegiatan yang diselenggarakan kampus, dan terjadi di lingkungan kampus. Maka kampus lah yang bertanggungjawab untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. “Di kampus kami, punya prosedur sendiri untuk menindak mahasiswa, tetapi jika itu terjadi di kampus yah,” tutur Djaya.
Karena insiden kericuhan yang berujung perkelahian itu terjadi di lapangan Pemkot Tarakan dan dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab, maka kampus tidak bisa melakukan penindakan sehingga menyerahkan semua prosesnya ke pihak berwajib.
“Jika nantinya terbutkti ada pelanggaran hukum yang terjadi, maka harus dipertanggungjawabkan. Dan kami berharap agar kejadian semacam itu tidak terulang lagi,” harap Djaya.
Sementara itu, Wakapolres Tarakan Kompol Riski Fara Shandy mengungkapkan, saat kejadian pihaknya tidak menerima laporan adanya kericuhan antara supoter dua klub futsal usai bertanding. Kendati hal itu sudah terjadi, kepolisian hanya akan fokus pada penyelesaiannya saja dan tidak akan memproses secara hukum.
“Kami serahkan kembali ke kampus. Nanti akan diselesaikan secara akademisi,” tuturnya.
Selain itu, kegiatan turnamen juga sudah dihentikan oleh kepolisian hingga waktu yang belum ditentukan. Bukan itu saja, kepolisian juga menurunkan personel untuk pengamanan di UBT sejak Minggu (29/10) yang akan dilanjutkan beberapa hari ke depan. “Jangan sampai ada kericuhan lagi. Itu yang kami jaga,” jelasnya.
Wakil Wali Kota Tarakan Khaeruddin Arief Hidayat menyangkan kejadian tersebut, untuk itu pemerintah berharap kejadian tersebut tidak terjadi lagi dan meminta seluruh masyarakat mengantisipasi hal serupa. “Kami prihatin sekali, semoga tidak terjadi lagi,” tutur Arief sapaan akrabnya.
Dalam langkah mengantisipasi, kata Arief jika terdapat event serupa di halaman Pemkot Tarakan maka, kemanan harus selalu dilibatkan. Agar kericuhan dapat diminimalisir. “Personel keamanan harus lebih banyak agar kegiatan juga dapat berjalan lancar,” jelasnya.
Meski kejadian itu merugikan pemerintah, namun Arief mengatakan tidak akan menutup masyarakat untuk menggunakan fasilitas pemerintah. “Selama kosong dan tidak digunakan yah silakan saja. Tetapi yang harus diingat tetap utamakan keamanan,” jelas Arief.
Sementara itu, Ketua Panitia pelaksana turnamen futsal, Yudi membenarkan penyebab keributan yang terjadi di halaman Pemkot Tarakan pada Sabtu lalu itu berawal dari saling ejek antar suporter kedua klub yang bertanding.
Dalam kesempatan ini juga Yudi menjelaskan, penyebab kaca pintu gedung Lubung Pemkot Tarakan itu bukan dari pukulan benda keras. Melainkan massa yang panik ingin menerobos masuk ke dalam.
“Karena banyak yang panik dan ingin menyelamatkan diri mencoba masuk dengan mendorong pintu gedung yang dikunci, sehingga kacanya pecah,” bebernya.
Turnamen futsal ini kata Yudi, sudah mememiliki izin sesuai prosedur yang ada. Jika tidak melengkapi mereka tidak akan melangsungkan pertandingan futsal anatara mahasiswa se- Tarakan ini.
“Semuanya lengkap kok. Mulai dari surat izin keramaian sampai izin melaksanakan pertandingan. Jadi kalau ada yang bilang kami nggak punya izin itu hoax,” tegasnya.
Tak hanya itu, segala kemungkinan yang akan terjadi telah mereka antisipasi dengan membuat surat pernyataan dari setiap peserta, yang menyatakan bahwa mereka akan dikenakan denda, jika melakukan keributan, perkelahian, kericuhan, dan sebagainya.
“Kalau mereka melanggar akan didenda dengan membayar uang Rp 2 juta dan didiskualifikasi dari pertandingan,” tuturnya.
Yudi melanjutkan, tidak hanya itu, antisipasi juga dilakukan jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan ketika pertandingan berlangsung, dengan meminta meminta bantuan pengamanan dari kepolisian untuk stand-by.
“Biasanya pertandingan futsal itu hanya dijaga 5 sampai 6 polisi, tetapi pada kegiatan kami sampai 16 orang polisi yang berjaga,” imbuhnya.
Yudi menjelaskan, sebenarnya pertandingan futsal yang dilaksanakan antar mahasiswa tersebut merupakan bagian dari kegiatan creative festival 2017 yang dilaksanakan dalam rangka HUT Kota Tarakan yang ke-20.
“Dan kegiatan ini kami laksanakan sendiri tanpa campur tangan kampus manapun. Artinya kami laksanakan dari inisiatif sendiri dalam memperingati ultah Bumi Paguntaka,” jelas Yudi.
Saat ini turnamen futsal sementara akan dihentikan, sampai ada keputusan dari kepolisian yang kembali memperbolehkan untuk melanjutkan pertandingan. “Kami telah menyerahkan sepenuhnya kasus ini kepada kepolisian, termasuk tentang apakah pertandingan akan dilanjutkan atau tidak,” tuturnya.