PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) terus membangun ekosistem digital, yang merupakan langkah transformasi dari perusahaan telekomunikasi menjadi digital telco company. Upaya membangun ekosistem tersebut akan berlanjut pada 2018.
Sepanjang 2017, beberapa langkah akusisi dilakukan oleh TLKM terhadap PT Bosnet Distribution Indonesia sebesar 60 persen. Akuisisi ini dilakukan lewat anak usaha, Telkom Sigma.
Usai mengakuisisi Bosnet, Telkom kembali mengakuisisi perusahaan satelit asal Malaysia. Melalui anak usaha, PT Telkom Indonesia Internasional (Telin) membeli mayoritas saham TS Global Network Sdn Bhd.
Terbaru, pada bulan ini, TLKM juga usai mengakuisisi PT Nutech Integrasi. Pengambilalihan 60 persen saham Nutech dilakukan lewat anak usaha TLKM, PT Multimedia Nusantara (Telkom Metra). Nutech bergerak pada bidang ICT Transportation.
Vice President Corporate Communication Telkom Arif Prabowo menyatakan, pada 2018 pihaknya akan terus mengembangkan ekosistem digital yang dimiliki. Yang utama, masuk ke kantong-kantong bisnis besar seperti broadband nirkabel seluler, maupun fix broadband. Menurutnya, tahun depan tidak menutup kemungkinan adanya akusisi perusahaan lagi.
Telkom memiliki beberapa pilihan untuk memperbesar ekosistem digital. Di antaranya lewat membangun ekosistem sendiri (build), mendorong, atau bekerja sama (joint venture), dan akusisi (buy). Selain itu, juga membuka peluang untuk kombinasi dari ketiganya. Tak heran, apabila pihaknya juga akan memperluas bisnis ke luar negeri. Misalnya saja seperti akuisisi perusahaan satelit Malaysia.
Selain memperkuat ekosistem digital, TLKM juga ingin memperluas pemerataan akses broadband di seluruh Indonesia. Salah satunya, lewat anak usaha PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel). Tahun berikutnya, TLKM juga ingin menjadi global digital hub.
Pasalnya, TLKM telah membangun jaringan kabel optik dari Indonesia menuju Eropa Barat dan Indonesia menuju Amerika Serikat.
Untuk membiayai rencana pembangunan ekosistem digital tersebut, TLKM sudah bersiap. Belanja modal atau capital expenditure (capex) tahun depan Telkom, besarannya berkisar 25 persen dari proyeksi pendapatan TLKM 2018. Sayangnya, Arif belum bisa menjelaskan berapa besaran capex tersebut. Namun, pendapatan TLKM pada 2018 diprediksi akan meningkat dibandingkan dengan capaian 2017.
Pada tahun 2017 TLKM menganggarkan capex sebesar Rp 26,7 triliun sampai Rp 29 triliun. Sampai dengan kuartal III-2017, TLKM telah menyerap capex sebesar Rp 20,3 triliun. Artinya, capex tersebut telah terserap 70 persen-76,02 persen. Capex ini digunakan untuk memperkuat infrastruktur layanan broadband, memperkuat jaringan seluler, perluasan data center, satelit, dan menara.
Dari data RTI, Telkom selalu mengalami pertumbuhan pendapatan. Pada 2016 misalnya, TLKM membukukan kenaikan pendapatan 13,53 persen year on year (yoy), tahun 2015 pendapatan naik 14,24 persen (yoy), tahun 2014 pendapatan naik 8,11 persen (yoy), dan tahun 2013 pendapatan naik 7,55 persen (yoy).
Mereka yakin, di tahun 2017 dan 2018, target TLKM bisa tercapai.
Belum ada komentar, jadilah yang pertama mengomentari artikel ini
Dapatkan strategi SEO terbaik untuk meningkatkan trafik organik serta solusi periklanan yang tepat sasaran.