SESAAT setelah menduduki kantor pusat stasiun televisi nasional ZBC, militer Zimbabwe membacakan pernyataan bahwa mereka telah menempuh aksi untuk "menargetkan pelaku kriminal yang menyebabkan penderitaan sosial dan ekonomi di negara".
Militer berkeras bahwa aksi mereka bukanlah "pengambilalihan pemerintah oleh militer" dan Presiden Robert Mugabe dalam keadaan aman. Namun, pihak militer tidak menyebut nama pemberi komando.
"Begitu kami telah mencapai misi kami, kami mengharapkan situasinya akan kembali normal," sebut pernyataan itu.
Beberapa jam lalu, sejumlah staf ZBC dibekuk ketika para tentara mengambil alih kantor mereka di Ibu Kota Harare, sebagaimana dilaporkan beberapa sumber kepada kantor berita Reuters.
Para serdadu mengatakan semua karyawan "tidak perlu khawatir" karena tentara ada di situ untuk melindungi.
Beberapa saat kemudian, berbagai saksi melaporkan tiga ledakan di pusat kota, namun penyebabnya belum dapat dipastikan.
Hingga kini belum ada pernyataan langsung dari Presiden Zimbabwe yang berusia 93 tahun, Robert Mugabe.
Peristiwa ini terjadi tatkala partai berkuasa Zimbabwe, Zanu-PF, menuding panglima bersenjata Jenderal Constantino Chiwenga telah "melakukan makar" lantaran memperingatkan bahwa intervensi militer dimungkinkan. Chiwenga mengatakan militer siap beraksi untuk mengakhiri konflik di Partai Zanu-PF.
"Kami harus mengingatkan mereka yang berada di balik kekonyolan berbahaya ini bahwa apabila masalahnya sudah masuk dalam melindungi revolusi kita, militer tidak akan ragu-ragu bertindak," kata Chiwenga.
Chiwenga menentang Presiden Robert Mugabe yang memecat Wakil Presiden Emmerson Mnangagwa, pekan lalu. Sebelumnya, Mnangagwa digadang-gadang bakal meneruskan kepemimpinan Mugabe, namun asumsi itu memudar seiring dengan munculnya rumor bahwa Ibu Negara Grace Mugabe akan menjadi presiden.
Ketegangan politik kemudian meningkat drastis. Pada Selasa (14/11), sejumlah kendaraan lapis baja terlihat berada di berbagai titik di pinggir Kota Harare. Pihak militer tidak mengungkap apa tujuan mengerahkan kendaraan-kendaraan tersebut.
Duta Besar Zimbabwe untuk Afrika Selatan, Isaac Moyo, membantah telah terjadi kudeta. Dia berkeras pemerintah Zimbabwe dalam keadaan "utuh" dan narasi kudeta "hanya merupakan klaim di media sosial".
Di pihak lain, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat menyatakan "memantau dari dekat" situasi di Zimbabwe dan mendesak semua pihak menyelesaikan perseteruan dengan "damai dan tenang".
Kedutaan Besar AS d Harare merilis cuitan bahwa gedung kedutaan ditutup pada Rabu (15/11) menyusul "ketidakpastian yang sedang berlangsung".