Dibalik koalisi pendukung pemerintah Joko Widodo-Jusuf Kalla yang terkesan adem ayem, ternyata ada sang penghianat di dalamnya. Penghianatan itu mendapat sindiran dari Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh.
"NasDem ingin suarakan sudah cukup permainan itu. Kita duduk dalam koalisi bersikap selayaknya partai barisan koalisi," tegas Paloh dalam konsolidasi pemenangan Pilkada Sumatera Selatan, di Hotel Novotel, Palembang, Minggu (6/5/2018) malam.
Dari pernyataannya itu, Paloh tak membocorkan partai mana saja yang dimaksud. Di dalam koalisi Jokowi hanya ada PDIP, Golkar, NasDem, PKB, PPP, Hanura, dan PAN.
Menurutnya, kalau tidak suka, sebaiknya langsung mengaku saja, jangan main umpat.
"Kalau enggak suka, bilang saja saya enggak suka sebaiknya saya keluar. Jangan main 'ciluk ba', itu bikin malu," cetusnya.
Sejak awal, Paloh emang terkenal dengan kubu pendukung pemerintah Joko Widodo-Jusuf Kalla. Ia selalu mengamati gerak-gerik partai koalisi lainnya. Dan akhir-akhir ini baru ketahuan, ada partai di barisan Jokowi namun kerap menyerang pemerintah.
"Ada partai dukung pemerintah dulu, tetapi waktu pagi siang sore kita amati sebenarnya dia bukan partai pendukung pemerintah harusnya oposisi, ada partai salah tempat," ujar Paloh.
Paloh menilai NasDem tidak mungkin mengkritik pemerintah. Jika ada barisan pendukung yang mengkritik, sudah pasti partai tersebut salah kamar.
Kritikan itu bisa saja terjadi dari dalam partai koalisi. Mungkin saja, di antara partai koalisi tersebut sudah tak punya tujuan, visi dan misi yang sesuai dengan pemerintah.
Memang benar, buat apa main 'ciluk ba', lebih baik keluar saja dan susun rencana untuk memperbaiki pemerintah yang sekarang guna mensejahterakan rakyat Indonesia.
