Lampuhijau.com - Bupati Trenggalek, Emil Elestianto Dardak maju sebagai pasangan calon wakil gubernur Jatim mendampingi Khofifah Indar Parawangsa dari Partai Demokrat. Majunya Emil Dardak dari Partai Demokrat ini menyebabkan kubu PDIP marah karena merasa Emil adalah kader dari PDIP. Sebagaimana diketahui sebelumnya, pada pilkada Trenggalek Tahun 2015, Emil Dardak maju sebagai clon Bupati Trenggalek karena diusung oleh PDIP, PAN, Golkar, Gerindra, Hanura dan PPP.
Klaim PDIP terhadap masalah kaderisasi Emil di partainya yaitu Emil telah mengikuti sekolah kader yang diadakan Partai Koalisinya di Bogor Tahun 2016, setelah Emil Dardak menjadi Bupati Trenggalek. Namun Emil Dardak sendiri membantah dan mengaku bahwa sekolah yang diikutinya pada waktu itu merupakan pembekalan calon Kepala Daerah dan tidak meski harus menjadi kader PDIP.
"Saya ikut sekolah calon kepala daerah (pendidikannya juga berbeda dengan sekolah kader), jadi yang diusung di koalisi dengan PDIP memang mengikuti pembekalan itu", jelas Emil. Namun ketika disinggung masalah dirinya apakah benar sebagai kader PDIP, Emil menjawab secara diplomatis bahwa dirinya menghormati semua partai pengusung.
PDIP sendiri sudah mengeluarkan surat pemecatan kepada Emil Dardak sebagai kader PDIP karena dianggap tidak konsisten dan mengkhianati partainya dengan maju sebagai calon wakil gubernur dari Partai Demokrat. PDIP sendiri pada konstelasi Pilgub Jatim 2018 ini mengusung Syaefulah Yusuf dan Abdulah Azwar Anas sebagai calon Gubernur dan Wakil Gubernur.
Terkait pemecatan dirinya setelah Emil dipastikan maju berpasangan dengan Khofifah, Emil sangat menyayangkan sikap PDIP tersebut. Pasalnya sebelum menerima pinangan Khofifah, Emil mengaku sudah menemui petinggi PDIP, Hasto Kristiyanto, Sekjen PDIP dan sudah bicara langsung dengan Hasto.
"Saya sudah bicara dengan pak Hasto dan bicara dengan niat baik-baik, hasilnya kita harus menghormati dengan pilihan masing-masing", tegas Emil.
Jadi kalau sekarang PDIP marah dan memecat Emil Dardak sebagai kadernya karena dianggap tidak loyal, tidak beretika politik, siapa yang tidak menghormati pilihannya masing-masing tersebut ?