Pertama kali dalam sejarah, pigmen kulit yang dijemur dapat digunakan sebagai daya baterai. Tidak lama lagi melanin yang terkandung dalam pigmen kulit akan lebih aman digunakan sebagai daya perangkat elektronik.
Selama ini isi ulang baterai ion litium sudah digunakan secara luas untuk peralatan elektronik. Ion litium dinilai sangat efisien dan dapat menekan biaya. Namun, litium berpotensi mengandung racun jika digunakan dalam waktu lama di dalam tubuh.
Baru-baru ini Christopher Bettinger, dari Carnegie Mellon University, Pittsburgh, Pennsylvania, AS, menemukan cara membuat baterai dari bahan-bahan biologis. Menurutnya, jika kita bisa memasukkan perangkat tersebut ke dalam tubuh kita, itu akan sangat membantu dalam proses penyembuhan infeksi dan peradangan. Perangkat itu berupa zat biologis yang berasal dan berada dalam tubuh manusia secara alami, seperti natrium, air, dan melanin.
Untuk membuat biobaterai, Bettinger beserta timnya merekayasa anoda bermuatan positif dari campuran yang mengandung melanin berkadar tinggi. Zat tersebut menciptakan pigmen pada manusia dan hewan lainnya. Kemudian mereka memasukkan ion sodium ke dalam anoda pada sebuah struktur baja. Struktur kimia melanin dapat mengikat ion-ion sehingga dapat diisi kembali jika daya baterai sudah habis. Baterai itu bisa diisi selama 5 jam.
Peneliti juga menguji kandungan potensi elektroda biomaterial lain yang terdapat pada tanaman, tapi membutuhkan modifikasi kimia tambahan sehingga menyebabkan penambahan biaya. Sebaliknya, melanin dapat digunakan dalam bentuk alami dan sangat mungkin dapat dipanen di kulit manuaia, tambah Bettinger. Kantong tinta cumi-cumi yang mengandung kepadatan pigmen yang tinggi bisa digunakan sebagai sampel yang sangat efisien.
John Rogers, peneliti dari University of Illinois, mengatakan penelitian itu menjelaskan proses yang benar dalam pembuatan baterai dari bahan biologi alami. Walaupun saat ini belum dapat diwujudkan, setidaknya suatu saat baterai tersebut bisa dibuat untuk pengobatan dalam tubuh manusia.