LampuHijau - Berdasarkan informasi yang diperoleh dari media Amerika Serikat Paradise Paper, yang isinya berupa dokumen tentang investasi asing para tokoh dunia yang bocor ke media, pemilik dari rumah termewah dan termahal di dunia di sandang oleh Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed Bin Salman.
Majalah Fortune telah menobatkan Chateau Louis XIV yang berlokasi di Perancis sebagai rumah termahal di dunia. Tepatnya tahun 2015 lalu bangunan mewah dengan desain yang apik tersebut dapat di nominalkan mencapai USD 300juta atau sekitar lebih dari 4 triliun oleh pembeli anonim.
Chateau Louis XIV sendiri berdiri dengan kokoh di area 4,645 meter persegi. Adapun beberapa fasilitas yang ikut menambah kemewahan istana tersebut diantaranya adalah gudang anggur, bioskop, cekungan dengan ruang bawah air yang transparan, air mancur dengan gagang emas, patung marmer serta lampu dan pendingin ruangan yang semuanya dapat di operasikan dari jarak jauh dengan menggunakan iPhone. Di dalamnya juga dilengkapi dengan 10 kamar tidur, dua ballroom, kelab malam, lapangan squash dan kolam renang indoor dan outdoor.
Sabtu (16/12/2017) New York Times dalam laporannya melaporkan bahwa pemilik dari bangunan sejuta karya tersebut dimiliki oleh Mohammed Bin Salman yang tak lain merupakan putra dari Raja Salman bin Abdul Aziz Al-Saudh. Hal tersebut di ikuti dengan beberapa bukti bahwa Putra Mahkota Arab itu telah mengakuisisi istana tersebut melalui sejumlah perusahaan di Luksemburg dan Perancis yang memang dimiliki oleh Eight Investment Company, yakni salah satu perusahaan Saudi yang di kini di kelola oleh yayasan pribadi Mohammed bin Salman.
Namun kabar tersebut sayang disayangkan saat disambungkan dengan fakta bahwasannya Mohammed bin Salman merupakan pemimpin yang telah mengkampanyekan pembersihan anti korupsi sekaligus tokoh yang secara tegas mengajak rakyat untuk berhemat serta melakukan perlidungan terhadap aset negara.
“Dia telah mencoba untuk membangun citra dirinya sendiri, dengan keberhasilan yang cukup, bahwa dia berbeda, bahwa di adalah seorang pembaru, setidaknya seorang pembaru dan bahwa dia tidak korup, dan ini pukulan telak bagii citra itu, ” ungkap Bruce O. Riedel, mantan analis CIA.