Dikutip dari Al Jazeera, beberapa warga mengatakan, sejumlah serangan udara menghujani Sanaa pada Senin, 25 Desember 2017. Akibat peristiwa itu, 11 orang tewas, termasuk tiga anak-anak dan dua perempuan. Sedikitnya delapan wanita dan dua gadis yang pulang dari sebuah pernikahan tewas dalam serangan udara di barat tengah Yaman. Kendaraan wanita tersebut diserang oleh tiga serangan udara koalisi pimpinan Arab Saudi pada Sabtu (16/12/2017) malam.
Serangan tersebut dilaporkan terjadi sekitar pukul 11 malam waktu setempat di distrik Harib al-Qaramish di wilayah Marib, sebelah timur ibu kota Sanaa.
Sementara seorang aktivis pro-Houthi Abdul Malek al-Fadhl mengatakan, dua bangunan di Hay Asr, wilayah tetangga Sanaa, rata dengan tanah. Saat itu, serangan koalisi menargetkan rumah Mohammed al-Raimi, seorang pemimpin Houthi lokal. Fadhl mengatakan, pesawat tempur juga menargetkan mobil Raimi saat ia mencoba melarikan diri.
Jaringan televisi yang dikelola Houthi, Al Masirah TV, mengabarkan setidaknya delapan warga sipil, termasuk dua perempuan, tewas dalam serangan di Provinsi Hodeidah. Sementara itu, empat warga lainnya tewas dalam penyergapan di sebuah gedung pemerintahan di Provinsi Dhamar.
Kantor berita yang dikelola Houthi, Saba, melaporkan bahwa setidaknya terdapat 48 warga yang tewas, termasuk 11 anak-anak, dalam 51 serangan udara di sejumlah wilayah Yaman pada 24 Desember.
Saba juga melaporkan bahwa sejumlah orang tewas dalam empat serangan udara yang menargetkan pengunjuk rasa di distrik Arhab yang memprotes soal keputusan Donald Trump. Namun, belum ada tanggapan dari Arab Saudi mengenai hal tersebut.
Menurut jurnal The Lancet, lebih dari 18 juta warga sipil Yaman tinggal di daerah yang dikuasi pemberontak. Di sana mereka harus dapat bertahan hidup dengan persediaan makanan sedikit dan perawatan medis yang terbatas.
Konflik telah berkobar di Yaman sejak 2014, yakni kala pemberontah Houthi yang bersekutu dengan mantan Presiden Ali Abdullah Saleh, berhasil menguasai daerah-daerah terpencil di negara tersebut, termasuk Sanaa.
Pada 2015 Arab Saudi meluncurkan kampanye udara besar-besaran melawan pemberontak pada Maret 2015. Sejak saat itu, Houthi berhasil dipukul mundur di sebagian besar wilayah selatan. Namun, mereka tetap memegang kendali sebagai besar wilayah utara.
Arab Saudi pun mengintensifkan embargonya di Yaman pada bulan lalu, setelah pemberontak Houti meluncurkan sebuah rudal balistik ke Riyadh.
Meski blokade itu bertujuan untuk memotong pasokan senjata Houthi dari Iran, hal tersebut berdampak buruk warga sipil Yaman, di mana delapan juta orang di sana mengalami kelaparan.
Abdel Salam juga menuduh koalisi pimpinan Saudi melakukan tiga serangan berdarah di kota Taiz, Saada dan Hodeidah akhir pekan ini. Dia menambahkan bahwa lebih dari 70 orang tewas dalam serangan tersebut.
Arab Saudi telah memimpin sebuah koalisi dalam perang di Yaman sejak Maret 2015, untuk mendorong mundur pemberontak Houthi dan pasukan sekutu, dan mengembalikan Pemerintahan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi. Meskipun telah berperang selama lebih dari dua tahun, koalisi sejauh ini gagal mencapai tujuan yang dinyatakannya karena pemberontak Houthi terus menguasai Sanaa dan menguasai utara negara tersebut.
Perang tersebut telah memakan banyak korban di Yaman, negara termiskin di dunia Arab. konflik tersebut telah menewaskan lebih dari 10.000 orang dan melukai lebih dari 40.000 orang lainnya sampai saat ini, serta jutaan orang Yaman hidup dalam kemiskinan. PBB memperingatkan bahwa sekitar 8,4 juta orang mengalami kelaparan di Yaman. Epidemi kolera juga menjadi masalah kemanusiaan di Yaman.