Olahan bebek mendapat tempat yang penting dalam khazanah kuliner Tiongkok. Bagi orang Tiongkok, Bebek melambangkan kesetiaan. Karena itu, hidangan bebek banyak disajikan di acara pernikahan. Dari semua jenis masakan bebek, yang menempati tahta teratas tak lain adalah bebek Peking.
Dalam "The Domestication of Chinese Foodways in Contemporary Japan: Ramen and Peking Duck", Tamotsu Aoki menyebut bebek Peking adalah lambang dari konservatisme absolut kuliner Cina. Di berbagai belahan dunia, makanan Cina sangat populer dan mengalami modifikasi sesuai cita rasa tempatnya tumbuh. Tapi tidak bagi bebek Peking. Bahkan di Jepang sekalipun, negara yang menyerap dan memodifikasi banyak warisan boga dari seluruh dunia.
Bebek Peking adalah makanan mewah, yang menjadi favorit anggota kerajaan Dinasti Ming. Karena itu, tak semua orang bisa menyantap bebek Peking. Saat ibu kota Dinasti Ming pindah dari Nanjing ke Beijing, seni memasak bebek ini ikut dibawa.
"Bebek Peking adalah jenis makanan yang bangga akan kekolotannya, jenis makanan Cina yang tidak bisa dikompromikan, tidak mentolerir perubahan yang dibuat oleh siapapun," ungkap Aoki.
Sebenarnya tak mengherankan kalau bebek Peking disebut sebagai salah satu hasil produk tertinggi kebudayaan Cina. Seni memasak bebek Peking sudah ada sejak belasan abad lalu. Jika merujuk pada Encyclopedia of Contemporary Chinese Culture (2004), bebek panggang Peking disebut sudah ada sejak abad ke 13.
Daging bebeknya yang lembut, dengan kulit yang bertekstur renyah. Seperti perwujudan ideal Yin dan Yang. Saus hoisin yang salah satu bahan dasarnya adalah madu, memberikan sentuhan rasa manis yang tak berlebihan. Ia menjadi penyeimbang rasa gurih daging bebek dan getir bawang daun.
Rasa kompleks seperti itu jelas tidak didapat dari proses yang mudah. Sudah bukan rahasia kalau pembuatan bebek Peking amat rumit, melibatkan cara masak yang merepotkan, dan butuh waktu berjam-jam, bahkan bisa belasan atau puluhan jam. Tergantung metode mana yang mau dipakai.