Perusahaan rintisan dan jaringan transportasi asal San Francisco, California, Uber berencana menjual hingga 20 persen sahamnya ke sebuah konsorsium yang dipimpin oleh Grup SoftBank asal Jepang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 15 persen saham akan dikuasai oleh SoftBank, sementara sisanya sebesar 5 persen dialokasikan ke anggota konsorsium lainnya.
Saham-saham yang dibeli oleh SoftBank berasal dari para pemegang saham Uber sebelumnya, termasuk para pegawai dan investor awal. Di samping itu, SoftBank akan turut menanam modal tambahan sebesar 1,25 miliar dollar AS ke Uber, SoftBank dan Uber mengkonfirmasikan perihal penjualan saham tersebut pekan ini. Transaksinya sendiri diperkirakan akan rampung pada Januari 2018 mendatang.
“Kami menantikan kerja sama dengan para pembeli saham untuk merampungkan transaksi, yang kami harap bisa mendukung investasi teknologi, mendorong pertumbuhan, dan memperkuat corporate governance,” sebut Uber dalam sebuah pernyataan, sebagaimana dirangkum LampuHijau dari KompasTekno, Sabtu (30/12/2017).
Uber dipercayai sebagai aplikasi penyedia transportasi yang menghubungkan penumpang dengan sopir kendaraan sewaan serta layanan tumpangan. Perusahaan ini mengatur layanan penjemputan di berbagai kota di seluruh dunia.
Sebagai bagian dari kerja sama, Uber akan menambah enam kursi baru di dewan direksinya. Dua di antaranya akan diberikan ke SoftBank. Dengan demikian, jumlah dewan direksi Uber akan bertambah dari 11 menjadi 17 anggota.
SoftBank sendiri dikenal getol menanam modal di perusahaan transportasi online. Selain Uber, raksasa telekomunikasi Jepang ini juga berinvestasi di Didi Chuxing di China, Grab di Asia Tenggara, dan 99 di Brazil.
Dewan direksi Uber tengah berada dalam kemelut antara Travis Kalanick, pendiri sekaligus mantan CEO Uber, dengan para investor awal. Kalanick berupaya tetap memegang kendali perusahaan, sementara para investor berkehendak sebaliknya.
Kalanick didepak dari posisinya sebagai CEO pada Juni lalu, setelah Uber didera berbagai macam persoalan, termasuk tuduhan pelecehan seksual di tempat kerja. Jabatan CEO kemudian diambil alih oleh Dara Khosrowshahi pada Agustus.
Penambahan anggota dan perubahan kebijakan governance diharapkan akan mengurangi ketegangan antara pihak Kalanick dan para investor di dewan direksi.