Yummy! Makanan Olahan Keju Merajalela di Negara Asia

Yummy! Makanan Olahan Keju Merajalela di Negara Asia

Nur AK
19 Des 2017
Dibaca : 2200x
Di negara Asia, produk olahan susu ini tak menjadi bagian penting dalam boga sehari-hari sebagaimana di Eropa.

Setahun silam makanan yang berbau Keju Mozarella mulai digemari oleh para pecinta kuliner. Awalnya semua berjalan seperti biasa.  Kemudian fenomena overdosis keju pada berbagai jenis makanan tersebut berkembang pesat di Indonesia.

Keju adalah salah satu bahan baku yang paling sering muncul di berbagai video masak era kiwari. Secara visual, keju yang meleleh dan ditarik hingga melar memang menarik.

Di video produksi Tasty, misalnya, banyak sekali hidangan yang diberi keju, atau malah berbahan dasar keju. Mulai bola mozarella, ayam parmigiana, lasagna, hingga tumis sapi, hingga acar timun yang dijejali keju dan dibungkus kulit pastry dan digoreng hingga kecokelatan.

Pendek kata: taruh keju di semua makanan!

Jika kamu sering berselancar di media sosial, pasti setidaknya pernah melihat makanan ini berseliweran di lini masa: steak yang ditimpa dengan lelehan keju, atau ayam geprek yang ditaburi mozarella lalu dibakar, sayap ayam bumbu Korea dan dicocol lelehan keju mozarella, dan yang terbaru, O Tuhan semesta alam: teh diberi keju.

Terlepas dari enak atau tidaknya makanan bahkan minuman bertabur keju itu, sebenarnya ada perasaan asing yang ganjil saat melihat keju di sana-sini. Selain soal kebiasaan, hal ini juga karena kultur Asia tidak pernah benar-benar punya ikatan kuat dengan makanan berbahan dasar keju.

Penjelasan yang paling umum adalah banyak warga Asia mengidap intoleran laktosa. Meski tidak mengandung banyak laktosa karena proses fermentasi menyebabkan perut kita relatif lebih aman mengkonsumsinya. Pasalnya, di negara Asia, produk olahan susu ini tak menjadi bagian penting dalam boga sehari-hari sebagaimana di Eropa.

Memang, kita bisa menemukan berbagai produk olahan susu di Asia. Dari proses, karakter, juga cita rasa, banyak produk-produk itu bisa disebut sebagai keju ala Asia.

Penjualan keju di Cina kemudian melonjak. Menurut lembaga riset Euromonitor Internasional, pada 2015, penjualan keju di Negara Tirai Bambu itu mencapai angka 540 juta dolar, naik 20 persen dari tahun sebelumnya. Lebih dari 50 persen keju yang terjual adalah bentuk batang.

Bagaimana dengan di Indonesia? Hampir sama seperti di Cina, meroketnya konsumsi keju dimulai sejak restoran waralaba datang. Sebelumnya, makanan berbahan baku keju mungkin mudah ditemui jelang lebaran, dalam bentuk kastengel. Restoran waralaba, dan disusulnya penjualan keju olahan di supermarket dan minimarket, membuat popularitas keju di Indonesia meledak. Menurut Statista, penjualan keju di Indonesia diperkirakan mencapai 19 juta dolar pada 2017, dan pasarnya tumbuh 8,1 persen per tahun.

Di Indonesia, penguasa pasar keju adalah Kraft. Euromonitor menyebut Kraft menguasai 61 persen pasar keju di Indonesia. Dalam penelitian "Analisis Tingkat Kepuasan dan Loyalitas Konsumen Produk Keju Merek Kraft di Kota Bogor" (2011), disebutkan bahwa 98 persen konsumen puas setelah mengonsumsi keju produksi Kraft. Tapi Kraft tidak bisa berdiam diri. Ada banyak pesaing yang berani menjual produk keju olahan dengan harga lebih murah. Mulai Diamond, Prochiz, Meg, hingga Qeju.

Meroketnya popularitas keju ini tidak hanya berkah bagi pembuat keju skala industri. Bermunculan pula para pengrajin keju. Mulai dari Rosalie Cheese dan Trie's Cheese (Jakarta dan Depok), Baros (Sukabumi), Indrakila (Boyolali), Mazaraat (Yogyakarta), hingga Yummy (Bali). Munculnya pengrajin keju ini turut pula membantu penyerapan susu dari peternak sapi perah di daerah.

Yang menarik, sebenarnya produk keju yang laris di Indonesia adalah jenis keju putih seperti mozarella, dan keju olahan seperti cheddar yang diproduksi oleh banyak pabrikan. Cita rasanya tidak tajam, plus tidak beraroma menyengat. Keju dengan aroma tajam seperti gorgonzola, camembert, apalagi munster, masih belum jadi produk favorit. Ia dikonsumsi oleh kalangan terbatas saja.

Pertanyaannya kemudian: makanan yang bertabur keju ini apakah hanya tren sesaat karena populernya video masak dan media sosial, ataukah ini gejala munculnya persilangan budaya?

Kalau jawabannya yang kedua, maka bersiap-siap saja kita menemukan keju rica-rica, rendang keju, papeda gulung cheddar, sate Madura keju, atau soto ayam Lamongan mozarella. Intinya semua makanan khas Indonesia berbalut dengan lumernya keju di atasnya.

Artikel Terkait

Artikel Lainnya

Copyright © 2025 LampuHijau.com - All rights reserved
Copyright © 2025 LampuHijau.com
All rights reserved