Beberapa tahun terakhir, tren minuman kopi literan semakin populer di kalangan masyarakat Indonesia. Dari kedai kopi ternama hingga brand lokal rumahan, hampir semuanya berlomba-lomba menawarkan kopi dalam kemasan satu liter. Fenomena ini bukan sekadar gaya hidup, tetapi juga bagian dari perubahan pola konsumsi masyarakat modern yang menginginkan kepraktisan, kebersamaan, dan nilai ekonomis. Lalu, apa yang sebenarnya membuat minuman kopi literan begitu diminati banyak orang?

1. Praktis untuk Konsumsi Harian

Alasan utama kopi literan populer adalah faktor kepraktisan. Dengan membeli kopi dalam ukuran besar, konsumen tidak perlu repot bolak-balik membeli minuman di kedai. Cukup simpan di dalam kulkas, kopi bisa dinikmati kapan saja, baik pagi saat bekerja, siang ketika butuh energi tambahan, atau malam saat ingin bersantai. Hal ini sangat sesuai dengan gaya hidup masyarakat perkotaan yang sibuk dan membutuhkan segala sesuatu yang serba cepat.

2. Ekonomis dan Lebih Hemat

Dibandingkan membeli kopi dalam satuan gelas, kopi literan jelas lebih hemat. Misalnya, harga satu gelas es kopi susu di kedai bisa mencapai Rp20.000–30.000, sementara kopi literan seharga Rp70.000–90.000 bisa dibagi menjadi 5–7 gelas. Artinya, konsumen bisa menghemat hampir setengah pengeluaran untuk kopi harian. Faktor harga ini membuat kopi literan sangat digemari, terutama oleh mahasiswa, pekerja kantoran, hingga komunitas yang gemar nongkrong bersama.

3. Cocok untuk Dinikmati Bersama

Kopi literan tidak hanya untuk kebutuhan pribadi, tetapi juga cocok untuk kebersamaan. Banyak orang membeli kopi literan untuk dinikmati bersama teman kantor, keluarga di rumah, atau ketika mengadakan acara kecil seperti arisan atau kumpul santai. Kehadiran kopi literan menghadirkan nuansa kebersamaan, karena bisa dituangkan ke beberapa gelas sekaligus tanpa harus memesan satu per satu.

4. Variasi Rasa yang Menarik

Selain es kopi susu klasik, banyak kedai menawarkan variasi kopi literan dengan rasa unik. Mulai dari hazelnut latte, caramel macchiato, vanilla latte, hingga varian non-kopi seperti matcha, cokelat, dan taro. Ragam pilihan ini membuat konsumen tidak bosan dan bisa menyesuaikan dengan selera. Bahkan, beberapa brand membuat menu musiman yang semakin menambah daya tarik.

5. Tren Media Sosial dan Gaya Hidup

Popularitas kopi literan juga tidak lepas dari peran media sosial. Banyak orang membagikan momen saat menuang kopi literan ke gelas estetik, lalu mengunggahnya ke Instagram atau TikTok. Tren ini membangun persepsi bahwa kopi literan adalah bagian dari gaya hidup kekinian. Semakin banyak yang membagikan, semakin tinggi pula rasa penasaran orang lain untuk ikut mencoba.

6. Mendukung Pola Kerja dari Rumah (WFH)

Pandemi COVID-19 menjadi salah satu faktor penting meningkatnya tren kopi literan. Saat banyak orang bekerja dari rumah, kebutuhan akan kopi harian tetap tinggi. Namun, karena terbatasnya mobilitas, kopi literan menjadi solusi tepat: lebih hemat, praktis, dan bisa disimpan untuk beberapa hari. Hingga kini, meski mobilitas sudah kembali normal, kebiasaan tersebut masih terbawa dan membuat kopi literan tetap diminati.

7. Branding dan Inovasi Kemasan

Tidak bisa dipungkiri, strategi branding juga memengaruhi popularitas kopi literan. Banyak kedai mendesain botol literan dengan tampilan menarik, simple, dan estetik. Beberapa brand bahkan menambahkan label personalisasi atau quotes motivasi pada kemasan. Hal ini memberi nilai tambah dan membuat konsumen merasa lebih dekat dengan brand tersebut.

Kopi literan bukan sekadar tren sesaat, melainkan bagian dari perubahan gaya konsumsi masyarakat modern. Kepraktisan, harga yang lebih hemat, variasi rasa, hingga daya tarik media sosial menjadikan minuman ini tetap diminati hingga sekarang. Fenomena ini menunjukkan bagaimana industri kuliner, khususnya kopi, terus beradaptasi dengan kebutuhan pasar yang dinamis.