Dalam satu dekade terakhir, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat modern. Bukan hanya sebagai sarana komunikasi, platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube kini berperan besar dalam membentuk tren, termasuk di dunia kuliner. Banyak makanan dan minuman yang awalnya biasa saja, berubah menjadi fenomena nasional bahkan internasional setelah viral di media sosial. Lalu, bagaimana sebenarnya media sosial memengaruhi tren kuliner kekinian?
1. Visual yang Menggoda Jadi Magnet Utama
Salah satu alasan utama media sosial mampu mendorong tren kuliner adalah kekuatan visual. Foto makanan dengan plating estetik atau video close-up makanan yang meleleh selalu berhasil memancing perhatian audiens. Misalnya, tren kue lava cokelat, minuman boba, hingga croffle, sebagian besar popularitasnya berasal dari tampilan visual yang menggoda di layar ponsel. Konten kuliner yang estetik tidak hanya membuat orang tertarik melihat, tetapi juga terdorong untuk mencobanya.
2. Viral Berkat Tantangan Kuliner
Banyak tren kuliner lahir dari tantangan yang dibuat di media sosial. Contohnya, mie pedas level ekstrem atau “spicy noodle challenge” yang ramai di TikTok dan YouTube. Tantangan semacam ini bukan hanya menghadirkan hiburan, tetapi juga mendorong rasa penasaran orang lain untuk ikut mencoba. Dari sini, tren kuliner dapat menyebar lebih cepat karena adanya keterlibatan langsung dari pengguna media sosial.
3. Dukungan Influencer dan Food Vlogger
Peran influencer tidak bisa diabaikan dalam perkembangan tren kuliner. Selebgram, food vlogger, hingga TikToker dengan ribuan pengikut mampu membuat sebuah makanan mendadak populer hanya dengan satu unggahan. Rekomendasi atau review yang mereka bagikan sering kali dianggap terpercaya dan memengaruhi keputusan pembelian audiens. Tak jarang, kedai kecil yang awalnya sepi bisa langsung ramai pengunjung setelah diulas oleh influencer terkenal.
4. Algoritma Media Sosial yang Mendorong Konten Viral
Selain faktor manusia, algoritma media sosial juga berperan besar. Konten yang menarik, interaktif, dan banyak disukai biasanya akan lebih sering ditampilkan di beranda pengguna lain. Hal ini membuat informasi tentang tren kuliner bisa menyebar luas dalam waktu singkat. Semakin sering konten kuliner muncul di feed, semakin besar kemungkinan audiens tertarik untuk mencoba secara langsung.
5. Tren Kuliner sebagai Identitas Gaya Hidup
Media sosial juga menjadikan kuliner sebagai bagian dari gaya hidup modern. Anak muda sering membagikan aktivitas makan atau minum mereka sebagai bentuk eksistensi diri. Misalnya, mengunggah foto es kopi susu literan atau dessert box bukan hanya soal makanan, tetapi juga cara menunjukkan selera kekinian. Dengan begitu, kuliner tertentu bisa cepat menjadi simbol tren yang harus diikuti.
6. Akses Informasi yang Lebih Cepat dan Luas
Dulu, informasi tentang makanan baru hanya bisa diperoleh dari televisi, majalah, atau rekomendasi mulut ke mulut. Kini, dengan media sosial, informasi bisa diakses secara instan dan menjangkau lebih banyak orang. Resep masakan, lokasi kuliner, hingga promo spesial dapat tersebar dalam hitungan menit. Hal ini membuat tren kuliner kekinian lebih cepat terbentuk dan bertahan lebih lama.
7. Ruang untuk Kreativitas dan Inovasi
Media sosial memberi ruang luas bagi para pelaku usaha kuliner untuk berkreasi. Mereka bisa menampilkan menu unik, eksperimen rasa baru, atau konsep penyajian yang menarik perhatian. Inovasi ini kemudian mendapat respons langsung dari audiens, apakah disukai atau tidak. Feedback cepat ini mendorong terciptanya tren kuliner baru yang lebih relevan dengan keinginan pasar.
Media sosial telah menjadi motor utama dalam melahirkan dan menyebarkan tren kuliner kekinian. Dari visual yang menggoda, tantangan viral, peran influencer, hingga dukungan algoritma, semuanya berkontribusi dalam menciptakan fenomena kuliner yang cepat menyebar.
Belum ada komentar, jadilah yang pertama mengomentari artikel ini
Dapatkan strategi SEO terbaik untuk meningkatkan trafik organik serta solusi periklanan yang tepat sasaran.