Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini terutama menyerang paru-paru, meskipun bisa juga menyebar ke organ lain seperti tulang, ginjal, otak, atau kelenjar getah bening. TBC termasuk salah satu masalah kesehatan serius di dunia, terutama di negara berkembang, karena tingkat penularannya yang tinggi dan pengobatannya yang membutuhkan waktu lama.

Mengenali gejala TBC sejak dini sangat penting agar penderita segera mendapatkan pengobatan yang tepat, sekaligus mencegah penyebaran penyakit kepada orang lain. Berikut adalah gejala-gejala TBC yang perlu diketahui.

1. Batuk Berkepanjangan

Gejala utama TBC adalah batuk yang berlangsung lebih dari dua minggu. Batuk ini bisa berupa batuk kering maupun batuk berdahak. Pada kondisi lebih parah, dahak bisa bercampur darah. Batuk yang tidak kunjung sembuh meski sudah minum obat biasa perlu diwaspadai sebagai tanda infeksi TBC.

2. Demam Ringan yang Berulang

Penderita TBC sering mengalami demam ringan, biasanya pada sore atau malam hari. Demam ini sering disertai dengan keringat dingin, terutama saat malam hari. Meskipun terlihat ringan, gejala ini merupakan tanda bahwa tubuh sedang melawan infeksi bakteri.

3. Penurunan Berat Badan Tanpa Sebab Jelas

Salah satu ciri khas TBC adalah penurunan berat badan secara drastis tanpa disertai perubahan pola makan atau aktivitas fisik. Kondisi ini terjadi karena infeksi TBC membuat metabolisme tubuh terganggu, sehingga tubuh membakar energi lebih banyak untuk melawan bakteri.

4. Nafsu Makan Menurun

Selain berat badan menurun, penderita TBC juga sering mengalami hilangnya nafsu makan. Hal ini berhubungan dengan respons tubuh terhadap infeksi kronis. Bila berlangsung lama, tubuh akan semakin lemah dan rentan terhadap penyakit lain.

5. Keringat Malam Berlebihan

Keringat malam berlebihan meski tidak melakukan aktivitas fisik berat juga menjadi salah satu gejala khas TBC. Kondisi ini sering muncul bersamaan dengan demam ringan, membuat penderita merasa tidak nyaman dan sulit tidur.

6. Nyeri Dada dan Sesak Napas

Ketika infeksi TBC menyerang paru-paru, penderita dapat merasakan nyeri dada, terutama saat batuk atau menarik napas dalam. Pada kasus yang lebih parah, penderita juga mengalami sesak napas karena fungsi paru-paru terganggu akibat kerusakan jaringan.

7. Lemas dan Mudah Lelah

Bakteri TBC yang berkembang biak di dalam tubuh membuat energi lebih banyak terkuras untuk melawan infeksi. Akibatnya, penderita merasa cepat lelah, lemas, dan tidak bertenaga meskipun tidak melakukan aktivitas berat.

8. Gejala TBC Ekstraparu

Selain paru-paru, TBC juga bisa menyerang organ lain. Gejalanya berbeda-beda tergantung organ yang terinfeksi, misalnya:

TBC tulang: menimbulkan nyeri pada tulang atau sendi.

TBC kelenjar getah bening: menyebabkan pembengkakan kelenjar, terutama di leher.

TBC otak (meningitis tuberkulosis): bisa menimbulkan sakit kepala berkepanjangan, kejang, hingga gangguan kesadaran.

Meskipun tidak seumum TBC paru, jenis TBC ini juga berbahaya dan membutuhkan pengobatan serius.

9. Gejala Lain yang Menyertai

Selain gejala utama di atas, penderita TBC terkadang mengalami pucat, anemia, hingga gangguan pernapasan kronis. Gejala-gejala ini semakin memperlemah kondisi tubuh jika tidak segera ditangani.

Pentingnya Deteksi Dini

Gejala TBC seringkali mirip dengan penyakit pernapasan lain, sehingga banyak orang yang menyepelekannya. Padahal, semakin cepat TBC terdeteksi, semakin besar peluang untuk sembuh total. Oleh karena itu, siapa pun yang mengalami batuk lebih dari dua minggu sebaiknya segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan untuk menjalani pemeriksaan dahak atau rontgen dada.

Tuberkulosis adalah penyakit menular yang berbahaya, namun bisa disembuhkan jika ditangani dengan tepat. Gejala yang harus diwaspadai antara lain batuk berkepanjangan, demam ringan berulang, penurunan berat badan, hilang nafsu makan, keringat malam, nyeri dada, serta rasa lemas berkepanjangan. TBC juga bisa menyerang organ lain dengan gejala spesifik. Dengan mengenali tanda-tandanya sejak dini, penderita dapat segera menjalani pengobatan dan mencegah penularan kepada orang lain.