LampuHijau, BANDUNG - Selama dua hari Kamis dan Jumat (26-27/10) Wali Kota Bandung M. Ridwan Kamil melakukan perjalanan dinas ke Jakarta dan Semarang. Terdapat sejumlah agenda yang dilakukan oleh orang nomor satu di Kota Bandung tersebut.
Perjalanan dinas di Jakarta dibuka dengan rapat koordinasi mengenai persiapan peninjauan awal Adipura periode tahun 2017-2018. Setelah meraih piala Adipura selama tiga tahun berturut-turut yakni 2014, 2015, dan 2016, Kota Bandung bersiap meraih penghargaan prestisius tersebut untuk keempat kalinya.
”Bukan maksud kami hanya untuk mengejar penghargaan. Namun Adipura itu merupakan pelecut semangat bagi kami untuk lebih menjaga kebersihan lingkungan dan membudayakan hidup sehat. Karena memang Bandung membutuhkan budaya berwawasan lingkungan seperti itu," ungkap Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil.
Masih di Jakarta, wali kota menyempatkan hadir dalam bincang hangat di E-Talk Show mengenai sisi humanis beliau yang bisa dikatakan sebagai pribadi yang cakap dalam memberikan pengaruh baik melalui media sosial. Setelah itu, wali kota pun menjadi narasumber pada acara diskusi dengan tema Creative in Diversity di kantor Bukalapak.
Selesai di Jakarta, wali kota langsung berangkat menuju Semarang untuk menjadi narasumber pada Kuliah Umum tentang Green Infrastructure di Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota (DPWK) Universitas Diponegoro (Undip).
Kuliah umum wali kota Bandung, Ridwan Kamil pun menyedot massa yang sangat banyak sehingga ruang auditorium berkapasitas 100 orang, penuh sesak oleh peserta sampai-sampai yang tidak kebagian pun rela berdesak-desakan duduk memanfaatkan ruang kosong di antara kursi maupun lesehan tepat di hadapan panggung. Bahkan panitia sampai harus memasang proyektor di luar ruangan demi memfasilitasi peserta yang hendak menyaksikan kuliah umum tersebut.
Dalam paparannya, Ridwan menyebutkan, sebelum jadi wali kota dirinya pernah menggarap proyek di lebih dari 50 kota di dunia. Di antara sekian banyak proyek tersebut merupakan pembangunan lebih dari 20 mesjid.
”Salah satunya desain mesjid Al-Irsyad di Bandung Barat. Saya mengolaborasikan keilmuan lintas jurusan termasuk dengan desain grafis pada kalimat syahadat yang dibuat sedemikian rupa sebagai ventilasi," ujarnya.
Arsitek, menurutnya, berpuisi dengan memanipulasi cahaya, mengonsep dinding dimiringkan, diluruskan, dan maupun membuat mihrab mesjid tidak tertutup. Pandangan tersebut berlandaskan pada dua fungsi bangunan selain untuk bangunan itu sendiri juga untuk lingkungan. ”Saya sangat percaya pada teori bahwa semakin banyak ruang publik maka akan semakin baik pembangunan manusia di suatu kota," sebutnya.
Dalam menerapkan teori perencanaan kota, Ridwan menjelaskan, pihaknya terlebih dahulu menganalisis akar masalah yang salah satunya terkait populasi dimana selama tidak bisa diatur populasi akan berebut resources seperti layanan, air, dan lain sebagainya.
Karena sumber permasalahan ada pada manusia, maka setelah ditemukan akar masalahnya, baru kemudian dicari solusi dengan melahirkan beragam inovasi seperti layad rawat, kendaraan konseling silih asih (kekasih), dan masih banyak lagi.
”Pembangunan itu tidak bisa diberhentikan melainkan bisa dikendalikan. Dulu Kota Bandung hanya didesaib untuk populasi 300.000 penduduk, sekarang 2,4 juta jiwa. Jadi solusinya adalah bagaimana kita mengendalikannya agar semua aman," tutur dia.
Pada praktiknya, Pemerintah Kota Bandung mengeluarkan kebijakan untuk membuat pusat baru tata ruang kota lewat konsep Bandung Tekhnopolis dimana kawasan baru tersebut harus jadi kota mandiri yang tidak hanya dilihat dari sisi ekonomi melainkan juga sisi lingkungan dan sosial.
Di samping itu, pihaknya pun melakukan konsep urban mobility dengan master plan urban mobility project. Tujuan besarnya ingin agar warga Kota Bandung dapat bergerak tanpa harus terus menerus bergantung pada mesin. ”Problem lain Bandung adalah macet dimana harus ada transportasi massal yang memadai. Sambil menunggu hal itu terwujud, saya ambil kebijakan sekolah harus dekat rumah, pada akhirnya warga bergerak menggunakan sepeda, membudayakan jalan kaki dengan memperbaiki trotoar," papar Ridwan.
Tujuan akhir dari semua yang Ridwan lakukan adalah kebahagiaan bagi warga Kota Bandung. Sejauh ini upayanya sudah mulai menunjukkan hasil dimana indeks kebahagiaan kota Bandung meningkat menjadi 73,42 (sangat bahagia).
”Buat apa kaya tapi warganya tidak betah, buat apa bangunannya hijau tapi warganya stress. Saya mencoba memadukan antara konsep bangunan berwawasan lingkungan dengan terus berinovasi demi membahagiakan warga," imbuhnya.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Rektor IV bidang kerja sama Undip, Prof. Anwar Ambariyanto mengemukakan, kampus Undip merupakan salah satu universitas terbesar di Indonesia. Dari sisi lingkungan, Undip merupakan universitas nomor empat terhijau di Indonesia.
”Kami senantiasa mendorong agar mahasiswa naik transportasi massal. Sudah ada bus langsung masuk ke Undip sehingga jumlah motor mobil masuk kampus berkurang," ungkapnya.
Dia pun selaku perwakilan civitas akademika Undip menyambut baik kedatangan wali kota Bandung yang menyampaikan keilmuan dan pengalamannya dalam merencanakan pembangunan kota.
"Saya sangat berharap semoga ilmu yang disampaikan dapat diterapkan agar mahasiswa departemen perencanaan wilayah dan kota Undip dapat merencanakan konsep tata wilayah dan kota yang mengedepankan prinsip green infrastructure,". harapnya.
Belum ada komentar, jadilah yang pertama mengomentari artikel ini
Dapatkan strategi SEO terbaik untuk meningkatkan trafik organik serta solusi periklanan yang tepat sasaran.