Wisata pohon trinil di Dusun Widhe, Desa Sendangharjo, Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, beberapa minggu terakhir cukup viral di media sosial (medsos). Wisata di daerah pantura itu mendatangkan rezeki bagi warga sekitar.
Rupanya, belasan masyarakat menjajakan makanan dan minuman di sekitar lokasi. Salah satunya Siti. Dia tak menyangka pohon trinil yang dulunya dianggap tak berguna, bisa mendatangkan banyak pengunjung. Batang pohon trinil yang menjulang ke beberapa pepohonan mahoni, menjadi daya tarik tersendiri untuk swafoto.
‘’Dulunya di sini tempat jujukan mencari kayu,’’ tutur perempuan paruh baya tersebut.
Dari Kota Lamongan, lokasi pohon trinil bisa ditempuh melalui jalur Kecamatan Sukodadi atau Pucuk ke utara. Jika tiba di pertigaan Kelurahan Blimbing, Kecamatan Paciran, maka belok ke barat melintasi Jalan Deandles. Selanjutnya, melewati kantor Kecamatan Brondong dan Jembatan Brondong. Tiba di Desa Sidomukti, terdapat sebuah gang, belok ke kiri.
Meski menuju kawasan hutan, akses jalan di gang tersebut sudah beraspal dan paving. Hari – hari ini, lokasi tersebut cukup ramai dipadati pengunjung. Mereka tidak hanya datang dari sekitar kecamatan pantura. Beberapa kendaraan yang diparkir menunjukkan pelat B (Jakarta) dan L (Surabaya).
‘’Wisata ramai dikunjungi banyak orang,’’ tutur Mat Ambari, salah satu warga sekitar.
Terdapat beberapa pohon trinil di lokasi tersebut. Namun, satu yang paling besar. Mbah Wo, sapaan Mat Ambari, menjelaskan, lokasi tersebut dirubah menjadi kawasan pohon mahoni sekitar 1989.
‘’Usia pohon trinil yang paling besar itu diperkirakan lebih dari 25 tahun,’’ ucap pria 52 tahun tersebut.
Lokasi tersebut juga dimanfaatkan pasangan calon pengantin untuk melakukan foto pre-wedding. ‘’Ada sekitar lima pasangan yang melakukan pre-wedding di sini,’’ tutur Abdul Aziz Rohman, ketua Karang Taruna Layar Terkembang, Desa Sendangharjo, kepada Jawa Pos Radar Lamongan.
Dia secara aktif berkomunikasi dengan perangkat desa setempat dan pihak Perhutani untuk membahas rencana menghidupkan lokasi wisata akar langit tersebut. ‘’Semua warga cukup antusias. Potensinya masih cukup bagus untuk dikembangkan lagi,’’ katanya.
Camat Brondong, Sariyono, mengaku telah berkoordinasi dengan bappeda agar nantinya ada perhatian pada lokasi yang mulai ramai dikunjungi tersebut. Mulai akses jalan hingga fasilitas di lokasi tersebut. ‘’Potensinya cukup bagus untuk dikembangkan. Namun, untuk tahun ini belum bisa mensupport karena terkendala anggaran,’’ ungkapnya.
Tidak ada cerita mistis di wilayah ini. Sebelum viral, pohon trinil tak pernah dilirik siapapun. Sehingga tak terawat. Pohon itu bahkan ditumbuhi tumbuhan liar. Menurut Andik, akar yang bisa tegak di pepohonan terjadi secara alami. Pihaknya tak pernah menyangga agar posisinya seperti itu.
‘’Kalau tepat di pohon trinil tak pernah digunakan apa-apa,’’ katanya.
Namun, warga sekitar biasanya menggunakan sebagai tali-temali karena batang pohon trinil cukup elastis. Pernah juga ada warga yang memanfaatkan ranting pohon trinil sebagai dekorasi acara pernikahan.
‘’Sama, di wilayah hutan-hutan lainnya juga dibiarkan tumbuh karena dianggap tumbuhan liar,’’ ujar Andik.
Wisata akar langit mendatangkan pengunjung 500 – 1.000 orang pada hari biasa. Sedangkan Sabtu dan Minggu bisa mencapai 2.000 orang lebih. Pengunjung hanya ditarik parkir Rp 2 ribu per motor.
‘’Paling ramai saat weekend,’’ tutur pria yang sudah enam tahun menjabat KRPH Lembor tersebut.
Lokasi hutan wisata pohon trinil tersebut dalam naungan RPH Lembor. Disepakati bahwa pengelolaannya ditangani Pemdes Sendangharjo dan Perhutani.
Belum ada komentar, jadilah yang pertama mengomentari artikel ini
Dapatkan strategi SEO terbaik untuk meningkatkan trafik organik serta solusi periklanan yang tepat sasaran.