Dengan adanya perkembangan teknologi saat ini, membuat seseorang menjadi berpikir cerdas untuk menggunakan energi terbarukan. Misalnya yang dilakukan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan yang mengganti listrik rumah dengan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di atap rumah (roof top).

Menteri Jonan mengaku berkat adanya PLTS di rumahnya, tagihan listrik yang harus ia bayar menjadi berkurang hingga bisa di bawah Rp 1 juta. Bahkan PLTS itupun telah dipasang di di kediamannya, baik rumah dinas maupun rumah pribadi, dengan kapasitas 15,4 kilo Watt peak (kWp).

Kini, Menteri Jonan bisa merasakan perubahan tagihan listrik sebelum dan sesudah menggunakan PLTS, yang tentunya mengalami penghematan pembayaran listrik yang cukup fantastis.

"Tagihannya (listrik) mungkin Rp 4 juta sampai Rp 5 juta, mungkin sekarang tidak nyampe Rp 1 juta," ungkapnya.

Dari hal inilah, muncul gagasan baru darinya untuk mendorong dan mengajak masyarakat untuk menggunakan PLTS pada bangunan. Akan tetapi, sebelumnya, ia harus mengeluarkan peraturan terlebih dahulu. Pasalnya, dengan adanya penggunaan PLTS roof top dapat menghemat tagihan listrik serta dapat meningkatkan kapasitas listrik terpasang.

Ia menjelaskan, apabila hal ini ditawarkan kepada pelanggan PLN, mungkin 5 sampai 10 tahun bisa tambah 10.000 Mega Watt.

Namun, kendala pemasangan sel surya ini ada pada biaya pemasangan. Menurut Ketua Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI), Arya Rezavidi, pemasangan solar panel 1 kWp biayanya sekitar Rp 15 juta. Tapi, dengan listrik yang diproduksi panel surya, tagihan listrik PLN jadi turun. Kira-kira 7 tahun bisa balik modal.