Kabar pemerintahan luar negeri yang sekarang masih hangat diperbincangkan adalah mengenai pertemuan Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un dengan Pemimpin Korea Selatan, Moon Jae-in, pada Jumat (27/4) lalu. Hasil dari pertemuan itu lahirlah kebijakan yang merupakan rangkaian dari hal positif yang ingin dicapai kedua belah pihak, di antaranya Kim Jong-un ingin  mempercepat waktu di Korea Utara 30 menit dari sebelumnya agar sama dengan zona waktu di Korea Selatan.

Sejak 2015, Korut tiba-tiba mengubah waktu standarnya menjadi mundur 30 menit di belakang Korea Selatan. Sebelumnya, perubahan zona waktu Pyongyang (ibukota Korut) itu mengundang kecaman dari Park Geun Hye, pendahulu Moon Jae-in dari kubu konservatif. Hal itu dianggap memperdalam konflik antara kedua Korea yang tercerai oleh Perang Korea tahun 1950-1953.

Namun, dahulu, Pyongyang menyertakan alasan nasionalistis agar sama seperti zona waktu yang digunakan sebelum penjajahan Jepang, serta guna menandai peringatan 70 tahun pembebasan negaranya dari penjajahan Jepang.

Pada pertemuan yang bertajuk perdamaian itu, Juru Bicara Presiden Moon Jae-in, Yoon Young-chan menyampaikan perkataan Kim Jong-un yang berjanji akan menyamakan kembali zona waktunya dengan Seoul, ibukota Korsel.

"Karena kami yang membuat perubahan standar waktu, maka kami yang akan kembali ke waktu semula. Anda dapat mengumumkannya secara terbuka," tegas Yoon Young-chan mengutip ucapan Kim Jong-un.

Bahkan, Kim Jong-un merasa sedih melihat dua jam yang tergantung di dinding ruang pertemuan menunjukkan waktu yang berbeda.

Secara langsung, Yoon Young-chan memujinya sebagai "langkah simbolis" terkait hubungan yang lebih baik antara Seoul dan Pyongyang.

Usai pertemuan kemarin, perang di Semenanjung Korea secara teknis resmi berakhir dengan sumpah kedua belah pihak, Moon Jae-in dan Kim Jong-un.