RUSIA – Presiden Rusia Vladimir Putin menerima kunjungan Presiden Syria Bashar Al Assad di Kota Sochi kemarin (21/11). Masa depan Syria menjadi topik utama dialog yang berlangsung sebelum pertemuan Rusia dengan Turki dan Iran itu. Pasca pertemuan langka tersebut, Putin mengontak Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
’’Dari pertemuan kami hari ini (kemarin, Red), saya akan membicarakannya lebih lanjut dengan para pemimpin negara terkait,’’ kata Putin setelah pertemuan tiga jam dengan Assad itu. Negara-negara terkait yang dia maksud, antara lain, AS, Turki, Iran, Arab Saudi, Jordania, dan Mesir. Kemarin tokoh 65 tahun tersebut langsung menelepon Emir Qatar Syekh Tamim bin Hamad Al Thani soal pertemuannya dengan Assad.
Setelah Al Thani, Putin mengontak Trump. Topik perbincangan jarak jauh via telepon itu tetap sama. Yakni, masa depan Syria. Khususnya setelah ISIS kalah di republik yang berada di tepi Laut Mediterania tersebut. Selain Al Thani dan Trump, Putin akan berbincang dengan para pemimpin Timur Tengah soal kelanjutan rezim Assad.
Assad dan Putin bertemu sekitar tiga jam. Dalam kesempatan itu, Putin memuji kerja keras pemerintahan Assad yang berhasil menyingkirkan ISIS. Dia juga mengatakan bahwa mundurnya sejumlah tokoh oposisi bakal mendatangkan banyak keuntungan dalam mewujudkan perdamaian di Syria.
Salah seorang tokoh oposisi yang mundur adalah Riyad Hijab yang pernah menjabat PM Syria. Kemarin dia meletakkan jabatan sebagai direktur High Negotiations Committee (HNC) yang terbentuk sekitar dua tahun lalu. ’’Pengunduran diri tokoh oposisi radikal akan mempercepat proses rekonsiliasi nasional di Syria,’’ ujar Menteri Luar Negeri Syria Sergei Lavrov. (AP/Reuters/CNN/hep/c4/any)
Belum ada komentar, jadilah yang pertama mengomentari artikel ini
Dapatkan strategi SEO terbaik untuk meningkatkan trafik organik serta solusi periklanan yang tepat sasaran.