LampuHijau. BANDUNG – Dipilihnya Wali Kota Bandung Ridwan Kamil sebagai calon gubernur oleh Partai Golkar, nyatanya berdampak pada hubungan koalisi dengan PDIP. Ketua DPD PDI-P Jawa Barat TB Hasanudin memastikan, tidak ada lagi koalisi Golkar dan PDIP dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat.
TB Hasanudin mengatakan, bangunan koalisi di daerah tersebut selama ini merupakan hasil perjuangan komunikasi yang solid antara PDIP dengan kepengurusan Golkar Jabar yang dipimpin Dedi Mulyadi.
”Koalisi kedua partai di Jabar yang sudah terbangun (PDIP dan Golkar), meski untuk tingkatan kota-kabupaten masih dipertimbangkan. Tapi nyatanya untuk pilgub, Golkar lebih pilih Ridwan Kamil. Jadi koalisi Jabar nggak akan lanjut,” papar TB Hasanudin, baru-baru ini.
Sebelum diumumkan rekomendasi calon gubernur ke Ridwan Kamil oleh Golkar, pihaknya sudah menjalin koalisi di tingkat Jabar bersama Golkar dan Hanura. Bahkan koalisi tersebut telah dirintis beberapa bulan lalu untuk menghadapi pilkada serentak 2018. ”DPP Golkar kan ke sana (Ridwan Kamil), tapi kita lihat nanti kader Golkar daerah Jabarnya ke siapa,” kata dia.
Terkait calon dari PDI-P untuk Pilgub Jabar, tambah dia, pihaknya telah melaksanakan uji visi oleh beberapa calon gubernur dan wakil gubernur beberapa waktu lalu. Salah satunya adalah Ketua Golkar Jabar Dedi Mulyadi. Namun, untuk keputusannya nanti pihaknya tetap akan menunggu keputusan DPP PDIP siapa yang nantinya akan diusung oleh partainya sebagai calon gubernur Jabar. ”Kalau siapa-siapanya nanti akan diputuskan DPP,” ungkapnya.
Diberitakan sebelumnya, DPP Partai Golkar melalui Sekretaris Jenderal Idrus Marham memberikan keterangan pers bahwa Partai Golkar telah memberikan rekomendasi untuk Ridwan Kamil dan Daniel Muttaqien ketimbang kadernya sendiri sekaligus Ketua DPD Partai Golkar Jabar Dedi Mulyadi, untuk maju dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat pada Tahun 2018 mendatang.
Sementara itu, Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Partai Kebangkitan Bangsa (DPW PKB) Jawa Barat Syaiful Huda mengaku, siap menjadi calon wakil gubernur (Cawagub) mendampingi Ridwan Kamil. Terlebih, permintaan dirinya untuk maju menjadi Cawagub pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) mendatang, secara langsung disampaikan Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin).
”Ya memang konsekuensi logis sebagai ketua partai DPW Jawa Barat diminta cak Imin untuk maju. Sebagai kader ya kita harus siap,” kata Huda, Minggu (29/10) malam.
Dikatakan dia, pada prinsipnya semua partai menginginkan dan boleh mengusulkan kadernya untuk ikut berkompetisi dalam ajang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak mendatang.
Meski begitu Huda menekankan, Ridwan Kamil harus didampingi Cawagub yang memiliki latar belakang berbeda. Itu dimaksudkan agar pemerintahan Jawa Barat ke depan bisa berjalan seimbang.
”Kang Emil harus didampingi sosok yang berbeda 100% dari konsen yang ada, berbeda 100 persen background, latar belakang dan cara pandangnya,” jelasnya.
Maka dari itu, Huda meminta semua partai koalisi untuk mengajukan nama kadernya masing-masing yang akan dijadikan pendamping Ridwan Kamil pada Pilgub Jabar mendatang.
Hal tersebut, kata Huda, nantinya akan menjadi pertimbangan partai koalisi dalam menentukan siapa yang berhak mendampingi Ridwan Kamil melalui proses penghitungan.
”Semua partai kan boleh ngajuin. Yang paling akhir kan temen-temen Golkar ngajukan Daniel Muttaqien, terus PPP juga ngajukan pak Uu. Saya gak tahu ya, Nasdem ngambil pilihan untuk majuin kader atau tidak,” urainya.
Disinggung terkait masuknya Daniel, Huda mengatakan, tentunya hal tersebut akan memengaruhi dinamika partai koalisi. Namun, pihaknya akan mencari skema yang dinilai bisa diterima semua pihak. Nantinya, rapat koalisi yang akan menentukan siapa yang berhak mendampingi Ridwan Kamil.
”Yang gak boleh ini kan tiba-tiba mengusulkan nama dan lalu ada aksi sepihak itu yang gak boleh,” jelasnya.
Di sisi lain, PDIP tengah mempertimbangkan memasangkan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi dengan Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar di Pilgub Jawa Barat 2018.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon mengatakan, DPP belum berkomunikasi dengan PDIP terkait dukungan terhadap Demiz sapaan Deddy Mizwar. Gerindra disebut telah lama tertarik mengusung Demiz.
Sejauh ini, kata Fadli, Gerindra baru melakukan penjajakan dengan PKS, PAN dan Gerindra. Gerindra akan mengkaji kemungkinan bekerjasama dengan PDIP untuk mengusung Demiz di Pilgub Jabar.
”Saya kira, kalau yang sekarang penjajakannya komunikasi adalah dengan partai-partai yang selama ini kita berkomunikasi, dengan PKS, PAN dan Demokrat mungkin,” kata Fadli di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, kemarin (30/10).
Fadli menambahkan, partainya akan berkomunikasi dengan sejumlah bakal calon potensial di Pilgub Jabar. Gerindra akan melihat formasi pasangan calon ideal.
Dia berharap, finalisasi bakal pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Barat bisa diputuskan November mendatang.
”Saya nanti beberapa waktu yang akan datang ini masih melakukan komunikasi, pembicaraan dengan bakal calon. Mudah-mudahan pada November ini bisa kita kerucutkan dan mulai mengambil sambil melihat formasi yang ada,” terangnya.
Untuk diketahui, Dedi Mulyadi telah ditinggalkan Golkar yang lebih memilih Wali kota Bandung Ridwan Kamil untuk diusung. Menyikapi hal itu, Fadli mengungkapkan, peluang Gerindra mengusung Dedi masih terbuka.
”Ya namanya politik kan semuanya peluangnya selalu terbuka ya. Tapi kita tentu akan prioritaskan orang-orang yang kita anggap punya komunikasi yang baik dan bisa bekerja sama ke depan,” tukasnya.
Sebelumnya, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan partainya juga mempertimbangkan nama Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar atau yang akrab disapa Demiz untuk diusung sebagai bakal calon gubernur.
Tak hanya Demiz dan Dedi, PDIP juga melirik sejumlah nama seperti Ketua DPD PDIP Jawa Barat Tubagus Hasanudin, Sekda Jabar Iwa Karniwa hingga mantan Kapolda Jabar Anton Charliyan.
”Kalau dari sisi suasana kebatinannya ada peluang bagi dua-duanya, Dedi Mulyadi punya kans yang cukup kuat dapat dicalonkan. Kemudian Pak Deddy Mizwar belum lama ketok pintu ke PDIP juga terbuka. Itu masih kami pertimbangkan,” kata Hasto, beberapa waktu lalu.
Hasto mengakui, muncul pula usulan untuk mengombinasikan Demiz dan Dedi. Tapi, PDIP tak mau terburu-buru memutuskan usulan tersebut. PDIP telah melakukan kajian soal pasangan calon yang akan diusung dengan melibatkan para ahli dan tokoh.
Menurut Hasto, PDIP akan memilih kombinasi pasangan yang memiliki komitmen untuk membangkitkan kembali kebanggaan terhadap kebudayaan Sunda, mampu merancang tata ruang yang baik, serta menjaga keseimbangan keindahan alam Jawa Barat.
Belum ada komentar, jadilah yang pertama mengomentari artikel ini
Dapatkan strategi SEO terbaik untuk meningkatkan trafik organik serta solusi periklanan yang tepat sasaran.