LampuHijau - Perdana Menteri Ahmed bin Dagher menuduh kelompok separatis melakukan kudeta. Seperti yang diketahui, Aden berfungsi sebagai basis sementara pemerintahan Hadi, dengan pemberontak Houthi yang mengendalikan ibu kota Sanaa.
Melansir dari BBC, Pertarungan mereda pada hari Minggu malam karena kedua belah pihak memerintahkan pasukan mereka untuk mundur. Pasukan pemerintah meminta tetangga Arab Yaman untuk campur tangan dan membantu menenangkan situasi. Dalam kejadian ini, puluhan orang dilaporkan terluka, dan setidaknya 10 orang telah meninggal dunia. Perkembangan selanjutnya memperumit situasi yang sudah mengerikan di Yaman, di mana jutaan orang membutuhkan bantuan.
Negara modern Yaman dibentuk pada tahun 1990 dari penggabungan Yaman Selatan dan Yaman Utara, dan keinginan separatis untuk sebuah negara bagian selatan yang independen belum surut.
Kaum separatis telah mendukung pemerintah melawan Huthi, namun ketegangan yang telah berlangsung lama telah berkobar dalam beberapa pekan terakhir, dengan kelompok separatis menuduh pemerintah melakukan korupsi dan diskriminasi.
Pertempuran pecah pada hari Minggu setelah tenggat waktu yang ditetapkan oleh separatis untuk pemerintahan Hadi memberhentikan Perdana Menteri Dagher dan jajaran kabinetnya.
Sedikitnya 10 orang telah terbunuh dan saksi mata melaporkan tembakan dan ledakan di beberapa bagian kota.
Kelompok separatis selatan didukung oleh Uni Emirat Arab (UAE), yang juga merupakan bagian dari koalisi pimpinan Saudi yang memerangi Huthi.
Perdana Menteri Dagher meminta "pengambil keputusan" UEA untuk mengambil tindakan, dengan memperingatkan bahwa bentrokan tersebut akan menguntungkan kaum Houthi. Selain daripada itu, Presiden Hadi, yang berbasis di Arab Saudi, menyerukan gencatan senjata, sementara pemerintahnya memerintahkan pasukan loyalis kembali ke barak mereka. Pasukan dari Saudi dan UEA - hadir di Aden saat berperang meletus - tidak melakukan intervensi, kata beberapa laporan.
Houthi tetap menguasai Sanaa dan wilayah di utara dan barat.
Mereka merebut ibukota pada tahun 2014, mendorong koalisi pimpinan-Saudi untuk campur tangan di pihak pemerintah.
Tahun-tahun konflik dan sebuah blokade yang diberlakukan oleh koalisi telah menyebabkan apa yang oleh PBB disebut "krisis kemanusiaan buatan manusia terburuk zaman kita".
Akibat dari peristiwa ini, tiga perempat populasi Yaman - 22,2 juta orang - memerlukan bantuan, termasuk 8,4 juta orang yang dianggap sangat tidak aman dan berisiko kelaparan.