Keinginan Manusia yang (Seakan) Tak Ada Habisnya...

Keinginan Manusia yang (Seakan) Tak Ada Habisnya...

dika mustika
1 Mei 2018
Dibaca : 3156x
Manusia memang tercipta memiliki keinginan yang tidak berbatas, sedangkan pemenuh kebutuhannya terbatas. Bagaimana menyikapi ini? Ternyata dalam Islam sudah disebutkan dalam QS. Ibrahim ayat 7 lho...

Pernahkah kamu membaca komik berseri kesukaanmu dan tak sabar menantikan komik edisi selanjutnya terbit? Atau pernah menonton serial Korea dan juga tak sabar menunggu minggu selanjutnya untuk mengetahui kelanjutan ceritanya? Atau pernahkah kamu makan di cafe kekinian dengan menu yang ternyata sungguh memanjakan lidah dan penasaran dengan menu cafe kekinian lainnya yang belum kamu kunjungi? Mhh, manusia seakan tak ada habisnya menginginkan sesuatu. Ketika sudah mendapatkan A, menginginkan B. Ketika sudah mendapatkan B, menginginkan C. Begitu selanjutnya, hingga... . Dalam sebuah teori ekonomi memang disebutkan bahwa keinginan manusia itu tak berbatas, namun pemenuh kebutuhannya lah yang berbatas. Karenanya ada harga untuk setiap pemenuh kebutuhan. Terbayang betapa ada banyak harga yang perlu kita keluarkan untuk memenuhi keinginan kita? Coba bayangkan selama kita hidup sebanyak apa harga yang harus kita bayar untuk itu? Itulah yang disebut sebagai biaya hidup. Selama manusia hidup, rasanya pasti membutuhkan biaya untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup kita. Sungguh banyak dan seakan tak berbatas kebutuhan manusia ini. Mulai dari kebutuhan pokok, semacam makanan, pakaian, rumah, hingga (bukan) kebutuhan pokok semacam membaca komik, jalan-jalan, dan lain sebagainya.

 

Biaya berupa nominal yang dikeluarkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan manusia adalah sesuatu yang tampaknya sudah diketahui oleh semua orang. Namun, ada satu yang mungkin terkadang luput dari pikiran kita yaitu, setelah berbagai biaya yang kita keluarkan....apakah kita benar-benar ‘menikmati’ kebutuhan yang sudah kita bayar tersebut? Coba pikirkan, jika kamu sedang berbicara dengan lawan bicaramu dan lawan bicaramu malah memperhatikan orang atau hal lain, apa yang kamu rasakan? Yups, mungkin informasi yang kamu sampaikan tidak semuanya dapat ‘diserap’ oleh lawan bicaramu. Itu analogi untuk kamu yang malah memikirkan kelanjutan serial Korea dari serial yang sedang kamu tonton. Kita mungkin sangat antusias untuk menonton serial yang sedang kita saksikan. Namun, belum tentu kita paham sepenuhnya cerita dari serial tersebut jika pada saat yang sama kita melah sudah memikirkan kelanjutan serialnya. Ya, tidak ada proses menikmati yang utuh di sana, padahal sayang pemenuh kebutuhan itu sudah kita bayar tapi tidak dinikmati dengan penuhnya.

 

Ternyata, setelah kita membayar pemenuh kebutuhan, ada ‘paket’ yang termasuk di dalamnya. Paket tersebut adalah ‘memakai’ pemenuh kebutuhan dan juga ‘menikmatinya’ dengan utuh (tanpa memikirkan pemenuh kebutuhan yang lainnya). Cobalah untuk merasakan paket utuh pemenuh kebutuhan yang sudah kamu bayar. Setidaknya ini dapat membuat kita bersyukur atas setiap memenuh kebutuhan yang sudah kita ‘bayar’.

Dalam Al Quran surat Ibrahim ayat 7 disebutkan:

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”

 

Allah memang sudah merancang berbagai sifat manusia dan bagaimana berbatasnya pemenuh kebutuhan. Dan Allah sudah menjanjikan sesuatu berdasarkan ayat di atas bukan? Jadi, bijaksanalah dalam memakai, menikmati, dan bersyukur atas setiap pemenuh kebutuhan (baca: nikmat) yang sudah Allah berikan pada kita.

#Tagar Berita

Artikel Terkait

Artikel Lainnya

Copyright © 2025 LampuHijau.com - All rights reserved
Copyright © 2025 LampuHijau.com
All rights reserved