Momen pemilihan bupati, walikota, gubernur, maupun presiden, seharusnya menjadi momen yang paling membahagiakan bagi rakyat. Sebab, dalam waktu kurang dari 5 menit mereka bisa menentukan masa depan daerah dan hidup mereka selama 5 tahun. Hal ini tentunya membuat warga tak mau melewatkan momen pemilihan umum dan sayang jika golput.
Namun, Indonesia sebagai negara demokrasi ini ternyata belum memberikan janji akan kebebasan memilih tanpa efek yang ditimbulkan kelak. Justru, warga harus menerima peristiwa kelam dan memilukan saat mengetahui kenyataan pahit yang harus mereka hadapi yang berhubungan dengan karir mereka.
Seperti yang dialami oleh dua orang berikut, yang diberhentikan secara tidak hormat di tempat mereka bekerja. Alasannya sangat sepele bahkan memalukan, yaitu beda pilihan dengan pimpinan dan karyawan lain di tempat kerja tersebut pada Pilkada Serentak 2018.
1. Guru SDIT Darul Maza Jatisari, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi yang memilih paslon Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum
Robiatul Adawiyah harus berhenti mengajar sebagai pahlawan tanpa saja lantaran beda pilihan di Pilkada Jabar dengan pihak sekolahnya. Hal ini bermula dari status yang ia unggah di medsos yang berisi ucapan selamat atas kemenangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum sebagai Gubernur Jawa Barat, dan Rahmat Effendi-Tri Adhianto sebagai Wali Kota Bekasi versi hitung cepat (quick count).
"Setelah ada hitung cepat, saya update status, dan memasang foto saya dengan Kang Emil," tutur Robiah di kediamannya Kampung Cakung RT 1 RW 3, Kelurahan Jatisari, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi, Jumat (29/6/2018) berdasarkan informasi yang dihimpun.
Sebelumnya, ia tak menyangka jika statusnya akan direspon oleh Kepala Sekolah SDIT Darul Maza sekaligus pengurus yayasan, melalui grup WhatsApp. Robiah mengaku bahwa dirinya langsung dikeluarkan dengan kebijakan sepihak dari Kepsek, dan diminta untuk mencari lembaga pendidikan lain. Kepsek menyebut tindakan Robiah tidak sejalan dengan visi dan misi sekolah, karena pihak yayasan telah menentukan arahan dalam Pilkada Jawa Barat maupun Kota Bekasi.
2. Pecalang asal Banjar Angas Sari, Desa Ungasan Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung yang tak dukung paslon I Wayan Koster-Tjokorda Oka Arta Ardhana Sukawai (Koster-Ace)
Kasus sama juga dialami oleh Made Sutama yang lebih memilih paslon Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra-I Ketut Sudikerta (Mantra-Kerta) daripada Koster-Ace. Awalnya, para pengurus pecalang telah mengajak Sutama memilih Koster-Ace karena Banjar Angasari Desa Ungasan sudah memiliki kontrak politik dengan pasangan tersebut terkait bansos dan hibah. Namun, Sutama tak mengindahkan permintaan teman-temannya, ia lebih memilih paslon yang menurutnya lebih tepat berdasarkan hati nuraninya.
"Kalau masih mau satu komando, maka kita ajak. Kalau berbeda ya, berhenti dulu," papar Sutama menirukan pimpinan pecalang.
Pecalang merupakan seseorang yang ditugaskan untuk mengawasi keamanan desa adatnya.
Untuk diketahui, Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum merupakan paslon gubernur-wakil gubernur Jawa Barat. Sedangkan I Wayan Koster-Tjokorda Oka Arta Ardhana Sukawai (Koster-Ace) merupakan paslon gubernur-wakil gubernur Bali. Kedua pasangan tersebut berhasil memenangkan Pilkada 2018 di daerahnya versi hitung cepat.