Politikus ini menilai bahwa Joko Widodo tak bisa disandingkan dengan Prabowo Subianto, sebab keduanya susah untuk berkoalisi di Pemilu 2019. Bahkan, posisi keduanya sangat berseberangan, dalam artian tak mungkin yang satunya jadi capres dan yang lain jadi cawapres. Hal itu disampaikan oleh Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Grace Natalie.
Grace mengungkapkan alasan terkuat dari penilaiannya tersebut, bahwa tidak mungkin Prabowo tundak pada kepemimpinan yang planga plongo.
"Pertama Pak Prabowo dari Capres turun jadi Cawapres. Terus akhirnya itu lagi jadi Cawapresnya orang yang selama ini dicitrakan sebagai oposan Pak Prabowo dengan segala macam nya tuh. Planga plongonya itu lah jadi kemudian dia merendahkan diri tunduk jadi Cawapres rasanya akan sulit diterima," ketusnya.
Ia menambahkan, hal itu masih sangat sulit jika dinilai di atas kertas maupun logika berpolitik.
"Kayaknya masih susah deh baik secara di atas kertas maupun logika politiknya," imbuh Grace.
Komentar Grace tersebut muncul lantaran banyak aspirasi rakyat yang menginginkan Prabowo menjadi Cawapres Jokowi. Hal itu tentunya masih menunggu mandat dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang akan memutuskan sosok cawapres yang layak mendampingi Jokowi.
"Ya tentu saja segala sesuatunya dari rakyat aspirasi dari rakyat itu. PDIP tidak bisa melepaskan kehendak rakyat itu dalam menentukan siapa yang mendampingi bapak Jokowi," jelasnya.
Hasto mengonfirmasikan bahwa PDIP dan partai pendukung Jokowi sepakat untuk membahas cawapres setelah agenda Pilkada 2018 usai.
Namun, kembali lagi pada realitanya, apakah Prabowo bersedia untuk menjadi cawapres Jokowi?
Belum ada komentar, jadilah yang pertama mengomentari artikel ini
Dapatkan strategi SEO terbaik untuk meningkatkan trafik organik serta solusi periklanan yang tepat sasaran.