Aktivis 98 Kupas Tuntas Diskusi Radikalisme dan Terorisme di Indonesia

Aktivis 98 Kupas Tuntas Diskusi Radikalisme dan Terorisme di Indonesia

Nur AK
30 Mei 2018
Dibaca : 1219x
Para aktivis 98 yang tergabung dalam Syarikat 98, Progres 98, Pena 98, dan Jari 98, Selasa (29/5/2018), sukses menggelar acara pertemuan mereka di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat.

Indonesia tengah dilanda isu terorisme dan radikalisme yang benar-benar jelas getarannya. Meski efeknya tak dirasakan langsung oleh seluruh masyarakat Indonesia. Namun, hal ini berdampak sangat besar bagi keamanan dan keselamatan bangsa Indonesia. Apalagi Indonesia merupaka negara yang beragam suku, budaya, dan agama.

Para aktivis 98 yang tergabung dalam Syarikat 98, Progres 98, Pena 98, dan Jari 98, Selasa (29/5/2018), sukses menggelar acara pertemuan mereka di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat. Dalam pertemuan tersebut mereka membahas tentang diskusi kebangsaan dalam rangka merayakan reformasi ke-20 tahun. Acara tersebut bertajuk Melawan Radikalisme dan Terorisme Diskusi Kebangsaan dan Buka Puasa Bersama 1000 Aktivis 1998.

Salah satu aktivis 98, Wahab Talaohu menilai terorisme dan radikalisme sudah menjalar dan merusak nilai-nilai keislaman. Realitanya sudah jelas, yakni terjadinya kasus teror di beberapa tempat di Indonesia yang belakangan ini terjadi.

Padahal, menurutnya, agama Islam tak mengajarkan kita untuk membenci dan menyakiti sesame makhluk ciptaanNya. Melainkan, kita ditekankan untuk mencintai dan saling menghargai satu sama lain.

"Bahwa telah terjadi transfer ideologi atau transnasional ideologi. Kenapa? Karena secara sosiologi masyarakat Indonesia tak mengenal teror sebagai sebuah aksi," terang Wahab.

Wahab pun berkomentar bahwa apa yang sudah dilakukan oleh teroris selalu mengedepankan kekerasan, hingga ada yang tega menghabisinya tanpa tersirat nilai kemanusiaan sedikitpun. Mereka menjadi musuh bersama rakyat Indonesia, dan menjadi kerangka berpikir.

Lantas, Wahab pun mencetuskan idenya dengan menyebut ISIS, HTI, dan Ikhwanul Muslimin telah menjadikan Indonesia sebagai pasar ideologi transnasional.

"Jadi ini bukanlah ideologi yang tumbuh besar dari bangsa ini. Ini impor ideologi, sedang terjadi dan mengancam negara kita. Mereka menggunakan khilafah sebagai dasar perjuangan mereka. Kalau mereka menang mau ganti Pancasila dan UUD 1945. Kita harus merumuskan format perlawanannya seperti apa," jelasnya.

Sementara itu, aktivis 98 lainnya, Hengky Irawan menyebut ada beberapa bahaya laten dan sudah menjadi manifes yang terjadi pascareformasi. Pertama adalah fundamentalis pasar, neoliberal, kapitalisme global. Kemudian yang kedua adalah fundamentalisme religious, yakni lahirnya kelompok transnasional.

Menurutnya, yang disebut dengan radikalisme sekarang berbeda dengan saat orde baru. Jika di masa orde baru radikalismenya bersifat progresif, di masa sekarang radikalisme menjadikan manusia mundur ke abad pertengahan. Maksud dari abad pertengahan yang dikatakan Hengky adalah kita diajarkan oleh agama-agama kita untuk berbuat kebaikan kepada sesama, namun beberapa kelompok itu malah menggunakan agama, membajak agama untuk mengajak kita menjadi jahiliah.

Kendati demikian, kita perlu introspeksi tentang diri kita terlebih dahulu. Karena semua yang dilakukan oleh manusia, menurut agama Islam, akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak.

#Tagar Berita

Artikel Terkait

Artikel Lainnya

Copyright © 2024 LampuHijau.com - All rights reserved
Copyright © 2024 LampuHijau.com
All rights reserved